Senin, 31 OKTOBER 2022 • 10:34 WIB

Top! Eksis dari Zaman Penjajahan, Peti Mati Rotan Desa Trangsan Rutin Dikirim ke Eropa

Author

Replika kuda dari rotan (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah, merupakan sentra industri kerajinan rotan yang tetap eksis sampai sekarang, meskipun berulang kali mengalami jatuh bangun.

Hal ini terlihat dari ekspresi Grebeg Penjalin yang diadakan oleh Desa Trangsan dan para pengusaha rotan selama  27-31 Oktober 2022.

Grebeg Penjalin dibuka oleh Bupati Sukoharjo, Etik Suryani pada Kamis (27/10/2022).

Grebeg Penjalin di Desa Trangsan (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Berbagai kerajinan dari warga menyemarakkan event yang sudah kelima kalinya ini. Di antaranya, ada yang serba raksasa. Ada konde raksasa setinggi 2 meter, ada jamur raksasa, kuda raksasa, gazebo, dan lain-lain. Semuanya dengan bahan baku penjalin atau rotan. Ya, orang Jawa Tengah lebih familiar menyebutnya penjalin daripada rotan.

Menurut Ketua Panitia, Suryanto, Grebeg Penjalin 2022 ini diikuti 103 perajin rotan dan ratusan peserta penggembira dari para siswa TK, SD, dan SMP di wilayah Kecamatan Gatak.

"Gerebeg ini kami adakan sebagai wujud syukur, karena penghasilan warga Desa Trangsan 30 persen dari rotan dan masih eksis sampai sekarang." Ungkap Suryanto. 

Sejarah Desa Rotan 

Mujiman, salah seorang pengusaha rotan menambahkan, Desa Trangsan sudah dikenal sebagai sentra rotan sejak zaman penjajahan Belanda dan ada campur tangan dari pihak Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Sentra rotan sudah ada sejak zaman penjajahan (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Kala itu, abdi dalem keraton bernama Sentrowongso memimpin wilayah administratif di Trowangsan (berubah sebutan menjadi Trangsan). Jaraknya sekitar 10 kilometer dari keraton.

Waktu itu, warga sudah ada yang membuat kerajinan sederhana dari rotan. 

Lalu makin berkembang setelah dipimpin oleh Ki Demang Wongso Laksono. Yang menjadi perajin rotan bertambah banyak, ada belasan orang. Hasilnya kerajinan tersebut pernah dipamerkan di alun-alun Kidul pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono X (PB X).

Grebeg Penjalin, pamerkan kreasi rotan buatan warga (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Setelah Ki Demang wafat karena ditembak kolonial, kerajinan rotan tetap berlanjut terus. Tidak hanya belasan orang. Bahkan hampir 75 persen warga di Trangsan semua sebagai perajin rotan. Sentra ini mengalami masa kejayaan pada tahun 1990 sampai tahun 2000. 

Setelah satu dekade, kata Supardji, sesepuh perajin mebel rotan, kejayaan merosot karena dihantam krisis moneter dan persaingan yang enggak sehat.

Sejak tahun 2006 ke atas, perajin sudah mulai rontok satu persatu. Hanya beberapa saja yang masih tetap bertahan sampai sekarang. 

"Mulai tahun 2012, perajin rotan mulai bangkit kembali. Mulai tahun 2016 sudah kami adakan gerebeg penjalin yang pertama. Kemarin karena ada pandemi Covid-19, kami vakum dua tahun," kata Suryanto. 

Desa Trangsan kini sudah berubah menjadi Desa Wisata Rotan. Apapun yang dibutuhkan pengunjung, ada semua. Dari lemari, rak buku, keranjang, meja, kursi, cermin, dan lain-lain, semua diproduksi.

Aneka kostum unik dari rotan (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Pengusaha besarpun sudah mulai masuk sejak beberapa tahun yang lalu. Perekonomian warga berkembang lebih cepat karena efek industri rotan ini. 

Warga di Solo Raya banyak tenaganya yang terserap di pabrik-pabrik rotan, sehingga angka pengangguran bisa ditekan. 

Dengan adanya grebeg ini, tambah Mujiman, Kades Desa Trangsan, masyarakat luas semakin mengenal potensi rotan di desanya.

"Sekaligus kami ingin menunjukkan bahwa desa rotan semakin eksis, cocok sebagai tujuan wisata alternatif," kata Mujiman.

Salah seorang peserta kirab Grebeg Penjalin, Anggun, sebagai generasi muda sangat bangga bisa ikut melestarikan desa wisata ini.

"Sebagai warga Desa Trangsan, kami bangga dengan potensi yang dibangun sejak jaman nenek moyang kami. Sebagai generasi penerus yang masih muda, kami harus mengembangkan lagi lebih besar," kata Anggun, yang memakai kostum modifikasi rotan.

Selain memenuhi pasar dalam negeri, banyak produk dari Trangsan yang sudah ekspor rutin ke luar negeri, terutama ke Eropa. Antara lain meja kursi, keranjang, dan peti mati. Bahkan Jokowi dulu pernah memesan kursi rotan dari Trangsan untuk pernikahan putrinya.

Bahkan produk peti mati dari rotan yang dibuat eksklusif, peminatnya dari luar negeri cukup banyak. 

Untuk mendapatkan bahan baku rotan, para perajin home industri sudah disediakan oleh pihak koperasi. 

Para perajin rotan berharap, sinergi antara perajin, pengusaha, pemerintah dan masyarakat luas terus terjaga. Sehingga potensi ini tetap bertahan sampai kapanpun.

Artikel Menarik Lainnya:

Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: