Kamis, 10 FEBRUARI 2022 • 20:10 WIB

Eks Vokalis Amigdala Alami Kekerasan Selama 3,5 Tahun, Ini Kata Psikolog Irna Minauli

Author

Aya Canina. (Instagram/@ayacanina)

Eks vokalis Amigdala Aya Canina baru-baru ini mengungkapkan fakta mengejutkan soal alasan hengkangnya dirinya dari band indie tersebut. Aya keluar dari Amigdala karena mengalami kekerasan dalam pacaran atau menjalani hubungan toxic (toxic relationship).

Kekerasan tersebut sudah dialami oleh Aya dalam rentang waktu 3,5 tahun dan situasi tersebut sangat memengaruhi kondisi mentalnya. Adapun sosok yang melakukan kekerasan kepada Aya yaitu vocalis sekaligus lead gitar Amigdala sendiri.

"Siapa pacar saya waktu itu? Vocal 2 sekaligus lead gitar. Orang yang selalu bernyanyi bersama saya," kata Aya lewat Stories Instagram-nya, Rabu (9/2/2022).

Aya mengaku sudah lama memendam masalah kekerasan yang dialaminya. Ia baru mengungkapkannya belakangan ini saat puisi "Kukira Kau Rumah" yang merupakan karyanya sedang ramai karena menjadi judul film.

Lantas, bagaimana seseorang bisa bertahan di hubungan toksik dalam waktu cukup lama seperti yang dilakukan Aya?

Menurut psikolog sekaligus Direktur Minauli Consulting Irna Minauli, ada beberapa faktor mengapa seseorang yang memiliki hubungan toksik seolah tidak berusaha lepas dari situasi yang sedang dihadapinya.

Beberapa orang yang mengalami hubungan toksik biasanya memiliki hero syndrome, mereka merasa dirinya bisa menjadi pahlawan yang akan mengubah pasangannya nantinya. Padahal, mengubah perilaku seorang pelaku kekerasan bukan hal yang mudah bahkan hampir mustahil.

"Mereka lupa bahwa pada dasarnya perilaku manusia itu ajeg (konsisten) sehingga hampir mustahil mengubah perilaku seseorang pelaku kekerasan. Pelaku kekerasan harus mendapat terapi khusus sehingga mereka dapat melakukan self-healing," kata Irna saat dihubungi jurnalis Indozone pada Kamis (10/2/2022).

Faktor lainnya yaitu beberapa korban kekerasan mungkin mengalami learned helplessness atau ketidakberdayaan yang dipelajari. Mereka menjadi pasrah dan tidak berdaya karena merasa bahwa setiap kali mereka berusaha melarikan diri dari kekerasan tersebut, mereka selalu gagal.

"Akibatnya mereka seolah menjadi apatis dan tidak berdaya, bahkan seolah seperti seorang masochist yang menikmati kekerasan yang dialaminya," ungkap Irna.

Seseorang harus berusaha keluar dari hubungan toksik demi kesehatan mentalnya. Semua harus dimulai dari kesadaran diri sendiri.

"Mereka harus bisa segera keluar dari hubungan toksik tersebut karena akan membahayakan kesehatan mentalnya jika dibiarkan berlangsung lama," sambung Irna.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir
FOLLOW OUR SOCIAL MEDIA