Sabtu, 02 JULI 2022 • 20:20 WIB

Waduh! Omicron BA.4 dan BA.5 Jadi Subvarian Dominan, Pasien Paling Banyak Usia Produktif

Author

Petugas medis melakukan tes usap kepada petugas pertemuan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Nusa Dua, Bali (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Infeksi Omicron BA.4 dan BA.5 terus merebak di banyak negara, termasuk Indonesia. Bahkan kasus mingguan COVID-19 di Tanah Air menjadi yang tertinggi di dunia yaitu naik 620% dalam 28 hari.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), BA.4 dan BA.5 telah menimbulkan lonjakan kasus COVID-19 di dunia. Sehingga menjadi varian dominan yang saat ini tengah menyebar.

Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan, SpP(K) melaporkan sebagian besar pasien yang terinfeksi subvarian Omicron ini tidak bergejala mirip dengan infeksi BA.1 yang juga menjadi varian dominan sebelumnya. 

"Jadi ini gejalanya mirip-mirip Omicron BA.1 yang dominan di Indonesia," ucap Erlina dalam diskusi daring beberapa waktu lalu.

Adapun berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pasien BA.4 dan BA.5 di Indonesia mayoritas adalah warga usia produktif, yaitu 18-59 tahun.

Di mana ada 531 orang atau 72,24 persen usia produktif dari total 735 kasus BA.4 dan BA.5. 

Kemudian ada 13,19 persen atau sebanyak 97 kasus COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang menjangkiti anak-anak dan remaja usia 6-17 tahun.

Lalu sebanyak 9,7 persen atau 72 orang pasien merupakan lanjut usia atau berusia 60 tahun ke atas.

Berikutnya, 4,62 persen atau 34 anak berusia di bawah 6 tahun. Satu orang masih dalam tahap identifikasi.

Angka ini berdasarkan data yang diungkap Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, pada Jumat (1/7/2022).

Baca juga: Siap-Siap! Pemerintah Bakal Wajibkan Vaksin Booster Sebagai Syarat Masuk Tempat Publik

Dalam laporannya, Maxi juga menyebut 735 pasien BA.4 dan BA.5 tersebar di delapan provinsi, paling banyak DKI Jakarta. Kemudian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, dan Sulawesi Selatan.

Dari ratusan kasus itu, dapat diidentifikasi pula sebanyak 34 orang merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dan berstatus warga negara asing (WNA). Sementara lainnya merupakan WNI.

Lebih lanjut, Maxi juga melaporkan gejala paling banyak yang dialami warga yang terpapar kedua subvarian itu yakni batuk.

Disusul gejala klinis lainnya seperti flu, nyeri tenggorokan, demam, kelelahan, hingga sesak napas.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: