Jumlah penerima vaksin dosis penguat (booster) pertama pada Kamis (8/6/2023) mencapai 68.863.114 orang. Kemenkes mengingatkan vaksin booster masih penting dilakukan meski status darurat COVID-19 telah dicabut.
Berdasarkan data dari Satgas COVID-19, jumlah penerima vaksin ini bertambah 5.820 orang dari sebelumnya, Rabu (7/6/2023). Sedangkan penerima vaksinasi dosis penguat kedua juga bertambah 4.206 orang, sehingga total menjadi 3.192.686 jiwa.
Adapun jumlah penerima vaksin dosis 1 juga bertambah 541 orang, dengan total 203.845.891 jiwa. Sementara total penerima vaksin dosis 2 juga bertambah sebanyak 954, sehingga total menjadi 174.894.155 jiwa.
Target sasaran vaksinasi yang dicatat oleh Satgas COVID-19 mencapai 234.666.020.
Baca Juga: Jangan Cuma Pikirin Tiket Liburan, Traveler Wajib Vaksin Sebelum Pergi, Catat Jenisnya!
Terkait kasus aktif, terdapat penurunan sebanyak 142 kasus. Pada Rabu (7/6/2023) terdapat sebanyak 10.930 kasus aktif, yang menjadi 10.788 pada hari ini.
Terjadi penambahan kasus konfirmasi sebanyak 254 kasus, dengan total konfirmasi sejak Maret 2020 sebanyak 6.809.631 jiwa.
Tingkat kesembuhan juga mencapai pertumbuhan yang positif, bertambah sebanyak 392, sehingga total kesembuhan menjadi 6.637.028.
Sementara kasus meninggal mengalami peningkatan sebanyak 4 orang, sehingga total menjadi 161.815 jiwa.
Selain itu, Satgas COVID-19 juga mencatat 1.120 kasus suspek, setelah dilakukan pengujian terhadap 14.403 spesimen pada hari ini.
Baca Juga: Jisoo BLACKPINK Positif Covid-19, Absen Konser di Jepang
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan agar masyarakat tetap waspada meskipun status darurat COVID-19 telah dicabut oleh World Health Organization (WHO), karena ada peluang tumbuhnya ragam penyakit menular pada manusia via udara sebagai penyakit X.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengemukakan ragam penyakit yang menular pada manusia via udara berpeluang sebagai penyakit X atau disease X yang bisa memicu pandemi di masa depan.
"Yang biasa menjadi penyakit global umumnya yang menular via udara, kalau lewat darah, air itu bisa dicegah. Tapi kalau udara, sulit dicegah, karena orang hidup tidak mungkin bisa berhenti bernapas," kata Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (31/5).
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: