INDOZONE.ID - Malaria adalah penyakit yang telah menyerang manusia selama ribuan tahun. Di Mesir kuno, malaria telah ada di daerah dataran rendah dengan kondisi limpa yang membesar dari beberapa mumi Mesir sebagai bukti keberadaan penyakit ini. Berikut sejarah singkat penyakit malaria, awal kemunculan hingga upaya pembasmian.
Malaria di Yunani Kuno
Pada zaman Yunani kuno, malaria muncul setiap tahun sebagai demam musim gugur, seperti yang dijelaskan oleh Hippocrates. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penyebab malaria di Yunani kuno kemungkinan adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
Pada periode klasik akhir Kekaisaran Romawi, malaria menjadi penyakit yang jauh lebih serius di sepanjang pantai utara Laut Tengah, dan sering dikaitkan dengan Rawa Pontine di wilayah Campagna Romawi.
Baca Juga: Dokter Imbau Warga Hati-hati saat Melihat Nyamuk Malaria, Pembawa Parasit Plasmodium
Tokoh-Tokoh Terkemuka yang Terkena Malaria
Banyak tokoh terkenal yang pernah menderita malaria, termasuk Alexander Agung (Alexander the Great) yang meninggal pada tahun 323 SM, Paus Innocentius III pada tahun 1216, penyair Dante Alighieri pada tahun 1321, Paus Leo X pada tahun 1521, dan seniman Raphael pada tahun 1520. Charles V, mantan kaisar Romawi Suci, juga meninggal karena malaria pada tahun 1558.
Pengobatan Awal dan Kepercayaan Masyarakat
Demam malaria sering dihubungkan dengan rawa-rawa dan air yang tergenang. Pada zaman Yunani kuno, banyak orang percaya bahwa penyakit ini disebabkan oleh minum air rawa, sementara orang Romawi mengaitkannya dengan "miasma," atau uap beracun dari air yang tergenang. Akibatnya, malaria disebut "mal aria" atau "udara buruk."
Pengobatan khusus untuk penyakit ini baru tersedia di Eropa pada tahun 1630-an ketika kulit pohon kina dari Peru diperkenalkan ke Spanyol. Penggunaan kulit kina ini membantu membedakan malaria dari demam lain dan menjadi salah satu praktik pengobatan spesifik pertama.
Kemajuan dalam Penelitian dan Pengobatan
Setelah kulit kina diperkenalkan, tidak ada kemajuan signifikan dalam pengendalian malaria hingga setelah tahun 1870-an. Penelitian yang dilakukan oleh Louis Pasteur dan Robert Koch membentuk dasar mikrobiologi modern untuk mempelajari penyakit ini.
Kemudian, pada tahun 1880, Alphonse Laveran, seorang dokter militer Prancis, menemukan bahwa parasit dalam sel darah merah adalah penyebab malaria. Penemuan ini membuatnya meraih Nobel pada tahun 1907.
Pada tahun 1897, Ronald Ross menemukan parasit malaria pada burung dalam perut nyamuk Culex, dan pada tahun 1898, Giovanni Grassi menemukan parasit malaria manusia pada nyamuk Anopheles.
Upaya Pembasmian Malaria
Setelah diketahui bahwa nyamuk adalah pembawa malaria, William C. Gorgas memimpin upaya pengurangan populasi nyamuk di Kuba dan Panama. Ia menerapkan berbagai tindakan sanitasi, seperti mengeringkan lahan dan menggunakan larvasida. Upaya ini memungkinkan AS untuk melanjutkan pembangunan Terusan Panama.
Pada tahun 1939, Fred Soper dari Rockefeller Foundation memimpin usaha pemberantasan nyamuk Anopheles gambiae di Brasil. Pada tahun yang sama, penemuan sifat insektisida DDT oleh Paul Müller memberikan dorongan besar bagi upaya pengendalian malaria.
Upaya Penghapusan Global
Pada tahun 1955, WHO meluncurkan Kampanye Penghapusan Malaria Global yang berfokus pada penyemprotan insektisida di daerah-daerah endemik malaria. Kampanye ini berhasil menghapus malaria endemik di Eropa, Australia, dan daerah maju lainnya, serta mengurangi kasus di negara berkembang seperti India.
Namun, ketahanan nyamuk terhadap DDT dan munculnya strain Plasmodium yang tahan terhadap obat memaksa WHO untuk meninggalkan keinginannya untuk melakukan penghapusan total pada tahun 1969.
Evolusi Parasit Malaria
Parasit malaria manusia diperkirakan berevolusi di Afrika tropis antara 2,5 juta hingga 30 juta tahun yang lalu. Pada periode 1917-1920, P. reichenowi ditemukan pada simpanse dan gorila di Afrika, sementara urutan genetik lengkap P. falciparum diterbitkan pada tahun 2002. Pada tahun 2009 dan 2010, strain baru dari Plasmodium juga terdeteksi pada gorila dan simpanse di Afrika, termasuk P. GorA dan P. GorB.
Penyakit malaria masih menjadi tantangan besar di dunia kesehatan. Upaya terus dilakukan untuk mengembangkan vaksin dalam memerangi penyakit ini. Pendidikan, riset, dan kerja sama internasional tetap sangat penting dalam memerangi malaria.
Baca Juga: WHO Beri Izin Terhadap Vaksin Malaria, Jadi Yang Pertama di Dunia Loh
Dengan memahami tentang penyebab, penyebaran, dan cara pencegahan malaria, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari penyakit yang serius ini.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Britannica.com