Janice dan Jared, dua bule belajar membuat batik di Klaten. (Z Creators/Edelweis Ratushima).
Saat ini sedang liburan musim dingin di negara Eropa. Banyak wisatawan mancanegara yang menikmati indahnya Indonesia, terutama ke Yogyakarta dan Klaten.
Klaten bagian barat atau perbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mempunyai banyak candi. Di antaranya, Candi Plaosan dan Candi Sojiwan. Untuk Candi Prambanan sudah diakuisisi milik DIY.
Candi Plaosan yang berada di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, mempunyai ikon wisata menarik. Selain menawarkan keeksotisan Candi Kembar (nama lain dari Candi Plaosan), juga ada panorama sawah yang bisa 'dijual' untuk wisatawan asing, tempat produksi tahu-tempe, tempat produksi emping melinjo, budidaya madu klanceng, musik bambu, dan lain-lain.
Sedang untuk desa wisata (deswita) Kebondalem Kidul, mempunyai Candi Sojiwan.
Sebagai pendukung deswita, ada beberapa rumah produksi batik. Di antaranya Giriwangi Batik yang dikelola Titik Partina (60 tahun) dan suaminya Bayu Sudarmono (61 tahun). Rumah produksi ini berada di Dukuh Ngentak, Desa Kebondalem Kidul, yang jaraknya tidak sampai setengah kilometer dari Candi Sojiwan.
Baca Juga: Ini Tempat Belanja Batik Murah di Pekalongan, Rp100 Ribu Dapat 4 Daster Cantik!
Di tempat ini, Titik mempunyai beberapa warga binaan yang sekarang menjadi mitra kerja.
Menurut pensiunan ASN Dinas Pendidikan Grobogan ini, batik Giriwangi ia rintis sejak tahun 2014 mulai dari nol.
Motif batik yang ia jadikan ikon adalah bunga telang dan relief Candi Sojiwan.
Di sini tidak hanya memproduksi dan menjual batik saja. Namun ia juga menerima pelatihan. Baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sudah ratusan bule yang belajar membatik di sini. Ada yang berasal dari Amerika, England, Australia, Singapura, Kanada, Belanda, dan lain-lain.
Titik menawarkan paket termurah Rp 50 ribu sampai paket Rp 600 ribu.
"Paket Rp 50 ribu berupa batik sapu tangan ukuran 30 kali 30, ada yang paket Rp 70 ribu untuk ukuran 45 centimeter sampai ukuran 2,5 meter seharga Rp 600 ribu," jelas Titik saat ditemui Z Creator Edelweis Ratushima di rumah produksinya, Selasa (13/6/2023).
Biasanya, untuk menyelesaikan satu paket, peserta menghabiskan waktu 1 sampai 4 jam. Untuk membuat pola, mencanting, menyolet (pewarnaan), penjemuran, mengunci warna, dan mencuci. Dengan melalui semua tahapan ini, wisatawan jadi tahu betapa rumitnya membuat satu lembar batik.
Wisatawan mancanegara asal Texas, Janice Tilley (36 tahun) dan Jared Tilley mengaku sangat menyukai batik. Sehingga ia ingin belajar membatik ketika berkunjung ke Indonesia.
Janice dan Jared nampak membuat pola sendiri dan membatik penuh suka cita. Janice mengaku lebih menyukai motif tradisional bunga.
"Saya ingin belajar tradisi membatik, biar saya mempunyai kenangan," kata Janice ceria.
Pemandu wisata asal Klaten, Bagus Prihartanto (38 tahun), mengakui geliat wisatawan sudah mulai terasa saat liburan musim dingin di Eropa sana. Dalam satu bulan, ia bisa membawa 15 wisatawan manca.
"Ini sudah mulai ramai. Untuk high seasonnya besok di bulan Agustus sampai September 2023," jelas pria berkacamata ini.
Baca Juga: Kesan Mendalam Mahasiswa Filipina Usai Pelajari Batik Khas Kudus: Pengalaman Berharga
Batik produksinya, menurut Titik, ia jual paling murah Rp 150 ribu sampai harga Rp 2,5 juta.
"Di sini ada batik cap dan ada batik tulis dengan berbagai motif," ujar Titik.
Bagi Titik, berkarya dengan batik sudah membuatnya bahagia dan senang. Sehingga ia tak memperhitungkan berapa tamu yang datang untuk belajar membatik.
"Pada dasarnya, saya senang dahulu dengan pekerjaan membatik ini. Mau tamunya berapa, tidak masalah buat saya, satu orangpun tetap saya layani," ujar Titik.
"Belajar membatik tidak harus di rumahnya. Sesuai permintaan tamu, bisa saja membatiknya di depan Candi Plaosan, kami tinggal menyiapkan peralatan yang dibutuhkan," kata Titik.
Artikel Menarik Lainnya:
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini .
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: