Teknik Ladang Gilir Balik Masyarakat Dayak Kenyah di Long Leso, Bukan Sekadar Bertani

Ilustrasi ladang padi

INDOZONE.ID – Di Indonesia, teknik pertanian ladang berpindah atau ladang gilir balik sudah lama diterapkan. Teknik ini umum dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Suku Dayak di Desa Long Leso, Kecamatan Peso, Kalimantan Utara, menggunakan metode ini sebagai cara bertani padi dan menjaga tradisi.

Lebih dari sekadar bertani, praktik ini menggambarkan hubungan mereka dengan alam dan kepercayaan masyarakat Dayak tentang keseimbangan.

Baca Juga: 8 Bunga untuk Kado Ulang Tahun yang Penuh Makna: Cocok untuk Pasangan Kekasih!

Proses Ladang Gilir Balik

Teknik ladang gilir balik ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

Pemilihan Lahan

Peladang memilih area yang sudah tidak ditanami selama sekitar empat tahun. Lahan ini biasanya dijadikan tempat menanam baru secara bergiliran oleh kelompok kecil yang terdiri dari sekitar lima keluarga.

Menebas Lahan

Setelah lahan dipilih, warga bergotong-royong menebasnya. Dalam masyarakat Dayak, gotong-royong ini dikenal dengan istilah senguyun. Jika ada anggota yang tidak bisa membantu karena sakit, bantuan tetap diberikan tanpa meminta balasan. Hal ini disebut puyun.

Baca Juga: Viral, Penjual Kain Kafan Live di TikTok: Buruan CO Sebelum Meninggal

Membakar Lahan

Ketika lahan yang ditebas sudah kering, proses pembakaran dilakukan bersama. Pembakaran ini penting sebagai bagian dari teknik menanam padi, meski dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kebakaran hutan.

Pembakaran lahan ini juga diatur berdasarkan kesepakatan warga, terutama mengenai batas dan waktu pelaksanaannya.

Menanam Padi

Pada tahap ini, kaum laki-laki membuat lubang untuk benih menggunakan kayu runcing, sedangkan kaum perempuan mengisi lubang-lubang tersebut dengan benih padi.

Sebagai tanda terima kasih, pemilik ladang akan menjamu warga yang telah membantu dalam proses penanaman ini, yang disebut senguyun.

Hidangan seperti lauk-pauk dan makanan dari beras ketan (pulut) disajikan sebagai simbol rasa syukur.