Rosi Meilani dan suami, diaspora Indonesia yang kini menetap di Inggris. (Dok. Pribadi)
INDOZONE.ID - Beberapa hari ini tagar #kaburajadulu wara-wiri di segala lini media. Dari pertama tagar tersebut mencuat dan meramaikan jagat sosial media, ingin rasanya memberikan persepsi lain.
Sebagai kaum gajian, barulah sekarang ada keluangan waktu saya bisa menyampaikannya dalam bentuk artikel ini. Perkenalkan, saya Rosi Meilani. Saya diaspora Indonesia yang kini memilih menjalani hidup di Inggris. Hampir dua puluh tahun saya tinggal di negeri ini.
Ada cerita menarik dalam hidup yang akhirnya membawa saya berhijrah ke negara yang penuh harapan ini. Ketika itu, perusahaan tempat suami saya bekerja di Indonesia yakni PT. Dirgantara Indonesia tepatnya Bandung, mengalami masa-masa sulit.
Sampai di satu titik, suami saya tidak mungkin lagi bekerja di perusahaan tersebut. Ada sebuah masa, suami saya bekerja kontrak dari satu negara ke negara lainnya, spanyol, Australia, Malaysia. Di saat kontrak terakhir, dia mendapatkan tawaran kerja permanen di sebuah perusahaan pembuatan pesawat terbang yang ada di Inggris. Di situlah awal mula hijrah kami ke Inggris.
Setelah kami di Inggris, ternyata banyak sekali rekan kerja suami saya yang sudah menetap. Ada belasan kepala keluarga (KK) yang kami kenal, mungkin puluhan totalnya. Di berbagai kota di Inggris.
Sebut saja diantaranya Bristol dan Isle of Wight. Dulu mereka satu perusahaan di Tanah Air dan sekarang mereka berkarya di negeri ini. Masih di bidang yang sama, aerospace atau kedirgantaraan.
Dulu, perusahaan di Indonesia tersebut mempekerjaan banyak TA (Tenaga Asing). Kini, anak-anak bangsa ini menjadi TA aka Tenaga Ahli di negara orang.
BACA JUGA: Kisah Wayan Gunawan, Korban PHK Sukses Jadi Ahli Pembuat Pesawat di Inggris
Rosi Meilani dan suami, diaspora Indonesia yang kini menetap di Inggris. (Dok. Pribadi)
Di era 2000-an era informasi tidak semasif sekarang. Tapi banyak anak negeri yang berkarya dan berjaya di negeri orang. Seharusnya di era yang serba mudah seperti sekarang ini kesempatan itu lebih terbuka luas dengan catatan ada hal-hal yang harus dikuasai.
Kasarnya, kamu mau menjual (kemampuan) diri! Apa yang bisa kamu tawarkan ke perusahaan luar negeri tujuanmu? Kamu sudah siap? Jika siap, siap-siaplah bersaing, karena persaingan semakin ketat. Karena populasi di dunia semakin banyak tentunya. Beda dengan kondisi di tahun 2000an.
Jadi, kerja di luar negeri itu bukan #kaburajadulu karena kata “kabur” itu tanpa persiapan. “Planning” aja dulu. Persiapkan dulu. Kamu gak mau terkatung-katung konyol di negara orang, ya kan?
Sebagai penyemangat, benefit kerja di luar negeri itu tak hanya gajinya yang berkali lipat dari gaji di Tanah Air, tapi juga ada benefit-benefit lain yang bisa kalian dapatkan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung