Ilustrasi wanita yang membagikan cerita suka duka bekerja di perusahaan besar. (freepik.com)
INDOZONE.ID - Bekerja di perusahaan ternama dengan gaji tinggi dan prospek karier yang cerah tentu menjadi impian banyak orang.
Namun, di balik gemerlap kesuksesan tersebut, ada sisi lain yang jarang disadari oleh banyak orang.
Seorang wanita yang telah lama berkarier di sebuah perusahaan multinasional membagikan kisahnya tentang suka duka menjalani kehidupan di dunia korporat.
"Dulu aku bangga banget kerja di salah satu Big 4. Karir keren, gaji besar, hidup terlihat sempurna. Sampai akhirnya aku sadar ada harga mahal yang harus aku bayar. Dulu setiap kerja rasanya kayak hidup di film-film: kerja di gedung tinggi terus pakai baju-baju formal, keren," tulis akun X @sveraa, dikutip Indozone Rabu (19/3/2025).
Baca Juga: 8 Kebiasaan Sederhana Jadi Wanita Berkualitas yang Bisa Dilakukan Setiap Hari
Tekanan pekerjaan yang tinggi, jam kerja lembur yang tak berujung, dan waktu yang semakin langka untuk keluarga membuat wanita ini tersadar.
Lantaran ia bekerja keras untuk membahagiakan keluarga, tetapi bagaimana mungkin dia melakukannya jika untuk sekadar berbicara pun sulit?
"Hidup paling impian banget tapi lama-lama aku sadar... harga yang harus aku bayar lebih besar dari gaji yang kuterima. Pressure tinggi, lembur terus, sampai aku jarang banget ngobrol sama keluarga. Sampai suatu hari, aku kepikiran: "Aku kerja buat cari uang, supaya bisa bahagiain keluarga. Tapi gimana mau bahagiain mereka kalau ngobrol aja jarang?," lanjutnya.
Akhirnya, wanita ini memutuskan untuk pindah ke bank, mendapatkan gaji yang lebih tinggi, beban kerja yang lebih ringan, dan waktu yang lebih banyak untuk keluarga.
Namun, kebahagiaan itu diuji ketika wanita ini mulai merencanakan pernikahan. Biaya hidup yang terus meningkat membuat dia menyadari bahwa gajinya dan calon suami, meski terbilang besar, tidak akan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan dan impian mereka.
"Dan ternyata, meskipun gajiku dan calonn suami saat itu sudah cukup besar, rasanya kebutuhan hidup tetap lebih tinggi dari gaji dan proyeksi kenaikannya. Aku cuma punya dua pilihan: berhemat dan turunin kualitas hidup atau naikin income, akhirnya aku pilih opsi kedua," sambungnya.
Alasan wanita tersebut memilih opsi kedua yaitu karena dia ingin memberikan kehidupan yang layak untuk anak-anaknya kelak.
"Kenapa gak pilih hemat aja? Karena aku coba berpikir panjang. Mungkin aku bisa hidup sederhana, tapi bagaimana dengan anakku nanti? Apakah aku rela kasih dia kualitas hidup seadanya? Aku berprinsip: selama aku masih punya tenaga dan waktu, aku bakal habis-habisan bangun kehidupan yang layak untuk anakku," sambungnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Instagram @pikology