Ilustrasi bendera Indonesia berkibar (Pexels/Dio Hasbi Saniskoro)
Beberapa hari menjelang hari Kemerdekaan Indonesia sampai tepat pada tanggal 17 Agustus, biasanya akan ramai orang-orang membuat caption di media sosial menggunakan kata-kata mutiara ucapan 17 Agustus.
Tidak hanya kata-kata ucapan HUT RI ke-75, puisi hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus pun sering dijadikan ide caption 17 Agustus.
Puisi hari Kemerdekaan Indonesia dalam rangka HUT RI ke-75 dapat dijadikan status di media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan lainnya.
Selain dijadikan status media sosial, puisi Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus juga cocok kamu kirimkan ke grup-grup WhatsApp.
Dirangkum Indozone dari berbagai sumber, berikut kumpulan puisi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus sebagai inspirasi ucapan HUT RI ke-75 terbaik:
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Semerbak harum dalam deretan syair pujangga
Bercerita indah akan kisah perjuangan
Sang pahlawan dalam membela bangsa
Meregang nyawa di medan peperangan
Raga berlubang tertembus peluru tajam
Meski tersungkur tergeletak di tanah
Kau tetap hidup dalam sanubari anak bangsa
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Menapak jelas menembus zaman
Kini kau pun mampu menyaksikan dari surga
Bangsamu bersatu padu dalam semangat membela
Pagi ini kami berdiri tegak
Di hadapan bendera pusaka
Derap langkah menghentak
Sigap maju ke depan
Moncong senapan mengarah pada sang ancaman
Para penjajah yang datang dengan ketamakan
Dengan lantang kusuarakan
Bahwa aku putera bangsa
Rela mati demi merdeka
Darah tertumpah di tanah tak mengapa
Asalkan lunas terbayar hutang merdeka
Yang kau rebut berabad-abad lamanya
Kau bangsa asing durjana
Beraninya menginjakkan kaki kotormu
Di tanah milik bangsa yang besar ini
Kau bangsa asing tak beretika
Beraninya mengibarkan benderamu
Di tanah kami
Tanah yang kami junjung kehormatannya
Dan kami perjuangkan kedaulatannya
Kau bangsa durjana
Dengan tegas kami menolakmu
Menjajah negeri kami tercinta
Sampai mati
Kami akan menuntut kemerdekaan kami
Sampai mati
Kami akan merebut hak kami
Sebagai putera bangsa
Yang telah kau injak harga dirinya
Yang telah kau robek izzahnya
Kami takkan tinggal diam
Sebagai putera bangsa
Sebagai pemuda beragama
Camkan itu!
Wahai penjajah durjana
Kami ingin merdeka
Daku adalah putera bangsa
Dengan suara keras menyalak
Meneriakkan
Merdeka, merdeka, merdeka!
Tak peduli siapa engkau
Jika kau adalah aku
Maka teriakkanlah hal yang sama
Karena aku dan kau adalah Indonesia
Kita adalah Indonesia
Dengan suara menggelegar kita berteriak
Menyalakkan suara lantang
Merdeka, merdeka, merdeka!
Maka marilah berteriak bersama
Karena aku, kau dan kalian
Adalah Indonesia
Kita Indonesia
Aku kau dan kalian
Akan meraih peran yang besar
Untuk majunya bangsa ini
Menuju kemerdekaan yang hakiki
Kemerdekaan yang sejati
Kita wajib melakukannya
Karena kita Indonesia
Hingga detik ini ribuan darah telah tertumpah
Hingga detik ini ribuan nyawa telah melayang
Hingga detik ini ribuan belulang telah berserakan
Sebuah harga yang harus dibayar
Demi terwujudnya kemerdekaan bangsa
Demi terwujudnya satu kata
Merdeka
Detik ini bangsa kita telah merdeka
Detik ini Indonesia telah merdeka
Bangsa besar telah lahir
Terwujud dengan semangat para pejuang
Yang terbayarkan dengan tetesan darah dan air mata
Serta jiwa-jiwa yang terkorbankan
Demi satu kata
Merdeka
Tak terhitung jiwa gugur di medan pertempuran
Darah segarmu merasuk ke dalam sela-sela tanah air
Dengan bangga jenazahmu tersenyum
Menyaksikan kemenangan yang tak pernah kau nikmati
Semua demi satu kata
Merdeka
Di ujung senjata runcing
Setajam pedang siap menyayat
Pertaruhan nyawa menentang
Mengoyah jiwa musuh hingga gentar
Pahlawan berjuang hingga raib
Meraih kemenangan untuk kebebasan
Rasa gentar dan takut terlenyapkan
Usaha sampai tumpah darah tiada usai
Kemerdekaan telah membebaskan bekapan
Kini dapat bernapas tanpa sesak
Jasa pahlawan menjadi saksi
Siap siaga hingga merdeka
Di ujung bambu tajam menyikat
Mengoyak musuh hingga ampun
Di bilah tajam sakit mencekat
Siap siaga menelan musuh
Ujung bambu jadi saksi
Hitam rasa menyakit
Mengusir iblis dengan nyawa
Tanpa takut tanpa gentar
Rasa cinta tanah air
Menyatu di darah merah
Mengakar di tulang putih
Menguasai napas
Mereka berjuang hingga raib
Bercerai dengan raga
Untuk Bumi Garuda
Untuk Indonesia raya
Mereka mati dengan hormat
Memperjuangkan secerut kebebasan
Yang terenggut durjana
Untuk satu kemerdekaan
Demi sang negeri
Kau korbankan jiwamu
Demi sang bangsa
Rela kau pertaruhkan nyawamu
Maut yang menghadang di medan tempur
Kau bilang itu hanyalah hiburan
Nampak jelas raut wajahmu
Tak segelintir pun rasa takut
Semangat membara di dalam jiwamu
Taklukkan mereka penjajah negeri
Harimu yang berwarna merah membara
Pembunuhan, pembantaian yang dihiasi bunga api
Mengalirkan sungai darah di hadapanmu
Bahkan saat mata air darah itu
Mengalir dari tubuhmu
Namun tak dapat runtuhkan benteng semangat juangmu
Bambu runcing yang selalu setia menemanimu
Kaki telanjang penuh luka
Pakaian lesuh dengan seribu wangi
Basah badanmu kering badanmu
Kini menghantarkan bangsa ini
Ke dalam kemerdekaan yang hakiki
Karya: Taufik Ismail
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan!
Karya: Usman Awang
Pahlawan!
jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan engkau derhaka
maka engkaulah pahlawan yang sebenarnya
Gema seabad silam
Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang
Sungai Semantan berubah merah
bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakit mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat
Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat
Karya: Zshara Aurora
Kabut..
Dalam kenangan pergolakan pertiwi
Mendung..
Bertandakah hujan deras
Membanjiri rasa yang haus kemerdekaan
Dia yang semua yang ada menunggu keputusan Sakral
Serbu..
Merdeka atau mati! Allahu Akbar!
Titahmu terdengar kian merasuk dalam jiwa
Dalam serbuan bambu runcing menyatu
Engkau teruskan menyebut ayat suci
Engkau teriakkan semangat juang demi negeri
Engkau relakan terkasih menahan tepaan belati
Untuk ibu pertiwi
Kini kau lihat
Merah hitam tanah kelahiranmu
Pertumpahan darah para penjajah keji
Gemelutmu tak kunjung sia
Lindungannya selalu di hatimu
Untuk kemerdekaan Indonesia Abadi
Itulah kumpulan puisi hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus sebagai ide untuk ucapan HUT RI ke-75 yang dapat dijadikan status media sosial.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: