Ilustrasi tradisi Waisak di Indonesia (photo/buddhazine)
Hari Raya Waisak merupakan hari suci bagi pemeluk agama Buddha. 'Waisak' berasal dari bahasa Sansekerta 'Vaisakha' atau 'Vesakha', yakni nama bulan dalam kalender Buddha.
Waisak dirayakan pada hari ke-8 bulan ke-4 penanggalan lunar. Tahun ini, Hari Raya Waisak yang ke-2565, jatuh pada tanggal 26 Mei 2021.
Untuk merayakan Hari Waisak, umat Buddha di Indonesia memiliki tradisi unik dan meriah.
Tradisi Waisak ini juga menjadi daya pikat bagi penduduk lokal maupun wisatawan internasional.
Kalau kamu penasaran, apa saja tradisi saat Waisak yang digelar oleh masyarakat Indonesia, berikut ini Indozone bagikan tradisi Waisak di Indonesia dengan perayaan unik dan meriah.
Perayaan Waisak di Indonesia setiap tahunnya selalu dipusatkan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Waisak dikenal dengan sebutan Trisuci Waisak, yang merupakan momen terjadinya tiga peristiwa suci sekaligus.
Kegiatan mengenang Trisuci Waisak inilah, yang diikuti oleh umat Buddha dari berbagai penjuru tanah air di Candi Borobudur.
Pada perayaan puncak, umat Buddha melakukan kirab dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur sejauh 3 kilometer.
Rombongan akan membawa replika Sang Buddha, air berkah, api dharma, dan kitab suci Tripitaka.
Selain itu, umat Buddha juga mengitari candi dengan langkah pelan sembari membaca doa-doa.
Kirab ditutup dengan acara pelepasan lampion di kompleks Candi Borobudur.
Acara pelepasan lampion ini digelar sangat megah dan dapat diikuti oleh penduduk lokal maupun turis asing.
Para umat Buddha di Jambi, merayakan Waisak di kompleks Candi Muaro Jambi.
Tradisi saat Waisak di sini diawali dengan mengelilingi kompleks candi, yang dilanjutkan dengan sembahyang dan memberi persembahan.
Kemudian, umat Buddha juga melakukan semadi yang dipimpin para biksu.
Pada dini hari, akan ada acara pelepasan lampion yang menjadi perayaan akhir tradisi Waisak di Candi Muaro.
Setelah rangkaian acara sakral diselenggarakan, barulah festival band, bazar kuliner, dan pertunjukan kesenian dimulai.
Kemeriahan Festival Candi Muaro terbuka bagi masyarakat umum dan bisa dikunjungi oleh siapa saja.
Tradisi perayaan Waisak di Jambi, menjadi perayaan terbesar kedua setelah Candi Borobudur.
Hari Raya Waisak di Yogyakarta, disambut dengan kirab agung amisa puja di Desa Gunung Kelir, Girimulyo.
Uniknya, rombongan yang mengikuti bukan hanya umat Buddha, melainkan juga masyarakat setempat.
Mereka mengenakan pakaian adat Jawa sembari mengarak replika Sang Buddha.
Bermacam-macam sajen seperti nasi tumpeng, air waisak, dan api juga dibawah untuk disemayamkan di pelataran Vihara Giriloka.
Para peserta kirab agung amisa puja pun akan melantunkan doa-doa.
Pelaksanaan kirab ini, bertujuan untuk mengenang ajaran Guru Agung Buddha Gautama.
Selesai melaksanakan kirab, umat Buddha akan melakukan sembahyang puja bakti dan pembacaan paritta suci Waisak.
Tepat pada Hari Waisak, tradisi perayaan Waisak ini akan ditutup dengan darma sakti.
Hari Raya Waisak di Pekanbaru, dimeriahkan dengan tradisi unik berupa Pawai Waisak.
Perayaan Waisak ini diikuti oleh para penganut agama Buddha yang berasal dari lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, ormas Tionghoa, hingga sekolah-sekolah.
Para peserta pawai akan memadati area jalan protokol di sore hari.
Beragam arak-arakan juga menyemarakkan pawai, seperti atraksi barongsai dan naga, replika Buddha, serta mobil hias.
Pawai Waisak dilakukan sebagai salah satu cara menghormati Sang Buddha.
Pada pawai tersebut, turut disertakan berbagai sarana puja dan simbol suci agama Buddha.
Doa dan pujian juga dipanjatkan agar negara dan bangsa Indonesia dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, para Buddha, dan dewa.
Itulah tradisi Waisak di Indonesia dengan perayaan unik dan meriah yang bisa dikunjungi oleh wisatawan domestik dan internasional. Selamat Hari Raya Waisak!
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: