Kategori Berita
Media Network
Rabu, 27 APRIL 2022 • 11:28 WIB

Contoh Khutbah Idul Fitri Renungan yang Menyentuh Hati

Ilustrasi khutbah Idul Fitri (unsplash/@rumanamin)

Khutbah merupakan pidato dakwah yang berisi ajaran agama Islam. Biasanya, khutbah disampaikan setelah melaksanakan sholat.

Sebagai contoh, khutbah Idul Fitri dikumandangkan sesudah selesai sholat Idul Fitri (sholat Id).

Berbeda dengan khutbah sholat Jumat, khutbah Idul Fitri hukumnya sunnah, apabila dilakukan mendapatkan pahala, namun jika tidak dilaksanakan maka tidak berdosa.

Berikut ini Indozone bagikan contoh khutbah Idul Fitri singkat mengenai renungan yang menyentuh hati, tentang hasil dari bulan Ramadhan.

Khutbah Idul Fitri

Ilustrasi khutbah Idul Fitri (unsplash/@rumanamin)

Khutbah Idul Fitri sebaiknya dibuka dengan melantunkan takbir. Adapun contoh khutbah Idul Fitri di bawah ini dirilis dari DPP Hidayatullah.

Judul: Raihlah Takwa dari Ibadah Ramadhan

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar walillahil hamd.

Hadirin, sidang jama'ah yang berbahagia.

Hari ini kita kembali melantunkan takbir, tahmid, dan tahlil secara serentak di seluruh penjuru dunia.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan idul fitri sebagai syari'at agama.

Dengan syari'at yang simpel ini kita bisa melaksanakan dua hal sekaligus, yaitu menjalin hubungan dengan Allah melalui shalat Idul Fitri dan bersilaturrahim dengan sesama.

Kita jalin hablum minallah dan hablum minan-nas.

Allah Akbar, Allahu Akbar walillahi-hamd.

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Pada kesempatan yang baik ini, setelah kita menjalani ibadah puasa sebuan penuh, ada baiknya kita melakukan evaluasi, instropeksi, dan muhasabah.

Apakah ibadah yang kita jalani tersebut telah mengantarkan kita kepada sasaran atau target yang dituju?

Sangat disayangkan jika puasa kita sebulan penuh hanya menghasilkan lapar dan haus saja, sebagaimana yang disinyalir Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah haditsnya:

"Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar saja." (HR. Ahmad)

Hampir semua khatib dan penceramah di bulan Ramadhan selalu mengulang ayat ini, dan bahkan kita semua telah menghafalnya. Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al Baqarah: 183)

Bahwa target puasa dan semua rangkaian ibadah yang menyertainya, baik yang wajib maupun yang sunnah, baik yang dikerjakan di siang hari maupun di malam hari adalah la'allakum tattaqun, mudah-mudahan menjadi orang yang bertakwa.

Kita berlapar lapar di siang hari dan begadang di malam hari, tujuannya cuma satu, TAKWA. Disiplin yang ketat selama sebulan penuh ternyata tujuannya hanya satu, lahirnya insan yang bertakwa.

Lalu, apa istimewanya orang yang bertaqwa?

Di hadapan Allah semua manusia itu memiliki kedudukan yang sama. Allah tidak menilai manusia karena kekayaan yang dikuasai, jabatan yang dipegang, popularitas dan ketenaran, serta strata sosialnya.

Allah hanya menilai manusia dari satu sisi saja, yaitu nilai ketaqwaaannya. Allah berfirman:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu." (QS. Al Hujurat: 13)

Kita bersyukur jika diberi posisi yang baik, berupa jabatan, pangkat, dan kedudukan yang tinggi di mata manusia.

Dengan jabatan itu kita bisa menebarkan kasih sayang, menegakkan keadilan, dan mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Dengan kedudukan yang tinggi kita bisa memengaruhi banyak orang agar berbuat baik, beramar ma'ruf dan nahi munkar.

Dengan kedudukan dan posisi yang baik di masyarakat kita bisa mengajak sebanyak-banyaknya manusia untuk tunduk dan patuh terhadap syari'at Islam. 

Namun, apalah artinya jabatan yang tinggi kalau diperoleh dengan cara yang curang, bohong, menipu, dan manipulasi.

Di sisi Allah, jabatan itu tidak menambah nilai, tapi justru mengurangi. Jabatan itu tidak menguntungkan, tapi malah merugikan. Jabatan seperti itu tidak menyelamatkan, tapi akan menghancurkan.

Allah tidak tidur. Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar. Allah Maha Menyegerakan hisab.

Takwa adalah bekal hidup. Dengan bekal takwa, hidup kita akan selamat. Dengan bekal takwa, kita akan beruntung. Dengan bekal takwa kita akan menang.

Jika kita kalah di dunia, masih ada harapan untuk menang di akhirat. Karena itu Allah berpesan:

"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al Baqarah: 197)

Kaum Muslimin rahimakumullah, Ikhwani kaum muslimin yang berbahagia.

Ciri pertama orang yang bertakwa itu gemar berinfaq.

Dalam Al-Qur’an terdapat 24 ayat yang menggabungkan dua perintah sekaligus, yaitu perintah shalat dan membayar zakat.

Wa aqimush-shalata wa aatuz-zakah, tegakkan shalat dan tunaikan zakat. Shalat dan zakat itu ibarat dua sisi mata uang.

Uang itu baru bisa menjadi alat tukar jika kedua sisinya bergambar sempurna. Sebaliknya, uang itu tidak akan laku jika hanya bergambar satu sisi saja. Uang tersebut palsu.

Sama halnya dengan orang yang beragama, jika hanya rajin shalat tanpa rajin mengeluarkan infaq, shadaqah, dan zakat, maka keberagamaan orang tersebut adalah palsu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamd.

Ma'asyiral muslimin, Jama'ah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah.

Ciri kedua orang bertakwa, mampu menahan emosi (al kazhiminal ghaizh).

Ramadhan adalah madrasah terbaik bagi kaum muslimin untuk melatih kesabaran. Orang yang berpuasa dilatih untuk tahan godaan, tahan nafsu, tahan syahwat, dan tahan emosi.

Orang yang sabar akan memilih waktu yang paling tepat untuk merespon keadaan. Mereka tidak grasa-grusu, tidak reaktif, dan tidak panik. Mereka tetap logis dan penuh pertimbangan.

Orang yang sabar akan tahan godaan, seperti orang yang sedang berpuasa menunggu waktu maghrib tiba.

Orang yang bertaqwa adalah orang yang dapat mengelola emosinya dengan baik. Marah itu boleh, asal terkendali.

Tidak suka itu boleh, asal tidak keterlaluan. Sebaliknya cinta itu juga boleh, asal tidak habishabisan. Maka jika mencintai sesorang, cintailah sewajarnya, begitupun sebaliknya. 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah.

Tanda ketiga orang bertakwa adalah mudah memaafkan (Al-'Afina aninNas).

Muslim yang baik tidak menunggu Idul fitri untuk saling memaafkan, tapi setiap waktu kita harus berlapang dada untuk memberi maaf kepada saudara kita.

Memberi maaf tidak harus diminta. Kita bisa memaafkan saudara kita tanpa sepengetahuannya. Cukup diniatkan dalam hati.

Orang yang berpuasa dan diterima amalan puasanya akan berlapang dada. Jika berbuat salah, mereka tidak menunda-nunda waktu untuk segera minta maaf.

Demikian pula jika ada saudaranya yang berbuat salah kepadanya, mereka segera memaafkannya, baik diminta maupun tidak diminta.

Orang yang bertakwa akan jauh dari sikap dendam, hasad, dan iri hati. Sikap tersebut sungguh sangat membahayakan orang lain juga merugikan diri sendiri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berpesan:

"Waspadalah terhadap hasad (iri dan dengki), karena sesungguhnya hasad mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu." (HR. Abu Dawud)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil-hamd.

Tanda keempat orang bertakwa adalah senantiasa melazimkan dzikir dan istighfar.

Orang yang baik bukanlah mereka yang tidak pernah berbuat salah atau dosa. Akan tetapi orang yang baik adalah orang yang apabila berbuat salah, mereka segera mengingat Allah lalu meminta ampun kepada-Nya. Rasulullah saw bersabda:

"Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat." (HR. Ibnu Majah)

Suatu dosa tidak akan menjadi besar jika disusul segera dengan istighfar. Sebaliknya dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus tanpa istighfar, maka akan menjadi dosa besar.

Satu lagi, adalah sebuah kesalahan besar jika orang merasa tidak pernah bersalah. Dosa besar bagi orang yang merasa tidak pernah berbuat dosa.

Semoga shiyam dan qiyam Ramadhan kita diterima Allah SWT.

Mudah-mudahan kita termasuk golongan muttaqin yang ditandai empat indikator di atas, yaitu gemar berinfaq, cerdas emosi, mudah memaafkan, serta senantiasa
berdzikir dan beristighfar.

Mari kita akhir khutbah Idul Fitri ini dengan berdoa kepada Allah SWT:

Ya Allah ya Tuhan kami, Muliakanlah Islam dan Kaum Muslimin, Hancurkan dan hinakan orang-orang kafir dan musyrik, musuh-Mu dan musuh agamaMu.

Ya Allah ya Tuhan kami, Terimalah shalat kami, puasa kami, ruku kami, sujud kami, kerendahan kami, dan segala amal ibadah kami.

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami sewaktu kami kecil.

Ya Allah, perbaikilah kesudahan segala urusan kami, hindarilah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat.

Ya Allah tolonglah Ummat Muslim di Palestina, dan di setiap tempat dan zaman.

Ya Allah perbaiki dan rukunkanlah semua Pemimpin Umat Islam dan Kaum Muslimin, tinggikanlah kalimat-Mu sampai hari kiamat.


Demikianlah contoh khutbah Idul Fitri renungan yang menyentuh hati. Semoga Idul Fitri membawa kebaikan untuk seluruh umat Muslim.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Contoh Khutbah Idul Fitri Renungan yang Menyentuh Hati

Link berhasil disalin!