Perayaan 110 tahun Injil Masuk Toraja (IMT). (Z Creators/Krisnawati Ranteallo)
Gebrakan pasukan toleransi terus digaungkan dalam momentum perayaan 110 tahun Injil Masuk Toraja (IMT) yang dipusatkan di dua Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara.
Salah satu aksi nyata tersebut melalui pembenahan objek wisata Salib Singki melibatkan ratusan pemuda, yang terdiri dari pemuda Gereja Toraja, pemuda lintas agama dan dedominasi gereja.
Dalam program bedah 110 rumah juga menyasar semua masyarakat yang belum memiliki rumah layak huni. Salah satunya rumah milik Ambe' Bakri, seorang Muslim yang memiliki 3 anak, bertempat di Awan Rantekarua, Toraja Utara.
Baca juga: Kisah Satu Keluarga Tinggal di Gubuk Reyot di Toraja, IMT Langsung Bergerak Cepat
Sejarah Injil Masuk Toraja
Perayaan Injil Masuk Toraja (IMT) mengambil momentum peristiwa baptisan pertama, pada tanggal 16 Maret 1913 di Makale, Kabupaten Tana Toraja. Setelah 110 tahun berlalu, banyak sejarah terukir, menjadi momentum pemulihan Toraja.
"Jadi kalau mundur sedikit ke belakang, sebelum peristiwa baptisan itu, sebenarnya dimulai dari sekitar tahun 1908. Ketika pemerintah Hindia Belanda membuka sejumlah sekolah-sekolah pemerintah," ucap Ketua Umum Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja, Pendeta Dr. Alfred Anggui, M.Th.
Lanjut, sejumlah guru dari Maluku dan Timor datang ke Toraja mendidik anak-anak di sekolah.
"Dari situ kemudian anak-anak itu bertumbuh, juga mengenal iman Kristen. Kalau melihat beberapa arsip, usia anak-anak sekolah waktu itu, ada yang puluhan tahun, baru mau masuk sekolah. Jadi bisa dibayangkan adalah usia puluhan tahun kemudian mereka mengenal pendidikan," imbuhnya.
Pendidikan formal seperti, belajar baca, tulis dengan segala macam ilmu lainnya diajarkan di sekolah. Hal ini kemudian disebut sebagai momentum terjadi satu lompatan besar dalam perubahan peradaban masyarakat Toraja.
"Siswa-siswa inilah yang kemudian tentu sudah umurnya jauh dibanding siswa sekarang. Itu mengambil bagian keputusan untuk menerima baptisan pertama," tambahnya.
Keputusan untuk baptisan pertama tersebut dengan memanggil pendeta Jonathan Kelling yang ada di Bantaeng dari Gereja Protestan Belanda. Kemudian datang ke Toraja untuk melakukan baptisan pertama di kota Makale, waktu itu 16 Maret 1913.
Setelah itu, secara bergantian sejumlah misionaris datang ke Toraja. Beberapa nama seperti AA. van de Loosdrecht, D.C. Prins dan sejumlah tokoh-tokoh, guru di bidang kesehatan, pendidikan, semua datang ke Toraja secara bergantian.
"Nah, kita syukuri hari ini, Gereja Toraja sendiri, yang boleh dikatakan melanjutkan pekerjaan para misionaris, para guru-guru sebelumnya," sebut Ketum Alfred.
Berbagai Aksi Sosial Digelar
Menyambut 110 tahun IMT tersebut, dilaksanakan berbagai kegiatan di bidang rohani, kesehatan, pendidikan, aksi sosial bedah rumah, pembersihan OW Salib Buntu Singki, lomba di bidang kreativitas dan masih banyak lagi.
Ketua Umum 110 tahun IMT, Ir. Djekson Mari mengatakan sangat bersyukur dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat Toraja, sehingga dapat memahami keadilan yang belum dirasakan masyarakat Toraja, khususnya dari sisi ekonomi.
"Momentum ini menjadi wadah kita untuk saling berbagi. Banyak hal yang perlu kita lakukan secara bersama-sama agar pelayanan Gereja Toraja ini, bisa kita gaungkan dan berdampak bagi banyak orang," ucap Djekson.
Dalam menjawab tantangan perkembangan zaman dan berjalannnya pelayanan, Ketum BPS Gereja Toraja menekankan pentingnya berubah demi kebaikan.
"Gereja Toraja akan terus mengambil perubahan dari waktu ke waktu. Tapi apapun itu. Satu hal pesan inti dari Injil yang harus selalu menjadi bagian pelayanan Gereja Toraja adalah bagaimana Injil itu harus memulihkan banyak orang. Injil harus berdampak bagi kehidupan banyak orang," pungkasnya.
Artikel menarik lainnya:
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: