INDOZONE.ID - Oiran adalah wanita penghibur kelas atas di Jepang pada periode Edo.
Oiran berbeda dari geisha dalam hal status sosial, keterampilan, dan peran dalam masyarakat.
Oiran bukan hanya seorang wanita penghibur, tetapi juga seniman yang terampil dalam berbagai bentuk seni, termasuk tarian, musik, dan kaligrafi.
Mereka memiliki status tinggi di dalam masyarakat dan hanya bisa diakses oleh kalangan atas, termasuk samurai, pejabat, dan pedagang kaya.
Pada masa perang, terutama di era konflik yang melibatkan Jepang, seperti Perang Boshin (1868-1869) hingga Perang Dunia kedua, peran oiran mengalami pergeseran.
Dari sekadar simbol seni dan kecantikan, mereka juga menjadi sosok penting dalam mendukung moral masyarakat.
Banyak oiran yang tetap berusaha mempertahankan seni tradisional Jepang, sebagai bentuk perlawanan kultural terhadap pengaruh Barat yang mulai merambah Jepang.
Baca Juga: Topeng Venezia, Warisan Budaya Italia yang Menginspirasi Fashion Dunia
Beberapa di antara mereka juga berperan dalam menyampaikan informasi dan pesan rahasia, berfungsi sebagai penghubung antara golongan tertentu, mengingat akses mereka kepada kalangan samurai dan penguasa.
Peran Oiran sangat terlihat selama periode Edo (1603-1868) hingga masa awal Restorasi Meiji.
Namun setelah Restorasi Meiji, ketika pengaruh Barat mulai menguat, profesi oiran perlahan mulai memudar.
Peran mereka bergeser dengan munculnya geisha, sebagai ikon budaya Jepang yang lebih dikenal.
Selama Perang Dunia kedua, pengaruh oiran sudah sangat berkurang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The History Of The Yoshiwara Yūkwaku