Oiran umumnya bekerja di distrik-distrik hiburan atau “yuukaku,” seperti Yoshiwara di Edo (Tokyo), Shinmachi di Osaka, dan Shimabara di Kyoto.
Distrik ini dilindungi oleh pemerintah dan menjadi pusat seni dan budaya tradisional Jepang.
Di tempat-tempat tersebut, para oiran menjadi pusat perhatian, memikat para pejabat, pebisnis, dan penguasa, yang mengunjungi distrik hiburan untuk hiburan dan pelarian dari tekanan sosial.
Peran oiran sangat penting karena mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga melestarikan budaya Jepang di tengah pergolakan.
Saat Jepang memasuki era modernisasi, oiran membantu menjaga tradisi Jepang tetap hidup melalui seni yang mereka pelajari.
Pada masa perang, keberadaan mereka memberikan semangat bagi kaum samurai dan pejabat yang terlibat dalam konflik.
Oiran menjadi simbol ketenangan dan kemewahan, di tengah ketidakstabilan politik dan perang.
Oiran menjalankan peran ini dengan berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional dan etiket yang ketat.
Proses menjadi oiran sangat sulit dan memerlukan pelatihan panjang dalam seni, seperti menari, bermain alat musik shamisen, dan melayani tamu dengan sopan.
Baca Juga: Kebaya Bakal Diusulkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
Dengan kemampuan mereka, oiran dapat memberikan hiburan yang bersifat seni tinggi.
Tidak hanya sekadar menghibur, tetapi juga mengedukasi, serta memperkenalkan tradisi Jepang kepada orang-orang berpengaruh.
Dalam masa perang dan ketidakpastian, oiran memainkan peran penting dalam jaringan sosial yang tersembunyi.
Mereka sering kali mendengar informasi dari para tamu yang berasal dari kalangan samurai, pejabat, atau pedagang, yang mungkin membahas strategi politik atau urusan negara.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The History Of The Yoshiwara Yūkwaku