Erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12/2021) (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Lagi, lagi, Indonesia dilanda bencana alam. Gunung Semeru yang berada di Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi luar biasa pada Sabtu, 4 Desember 2021. Musibah tidak terduga itu terjadi sekira pukul 15.00 WIB.
Erupsi gunung tersebut disertai dengan muntahan abu vulkanik yang sangat tebal. Saking tebalnya, cahaya matahari tidak bisa menembus hingga membuat langit Lumajang sore itu gelap layaknya malam hari.
Berdasarkan keterangan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), muntahan abu vulkanik itu menyebar hingga ke delapan desa di dua kecamatan yang berada di sekitar Gunung Semeru.
Banyak rumah warga hingga lahan pertanian yang tertimbun abu vulkanik. Tak hanya itu, akses jalan pun terputus akibat tebalnya abu yang merupakan material dari perut Gunung Semeru itu.
Abu vulkanik tidak hanya mengancam materi, tetapi juga psikis warga-warga yang terdampak yaitu menjadi pemicu timbulnya masalah kesehatan, khususnya pada sistem pernafasan.
Abu vulkanik dianggap sangat berbahaya pagi kesehatan tubuh. Pada masalah yang kronis, dampak dari abu vulkanik bisa menyebabkan kematian pada seseorang.
Abu vulkanik sangat berbahaya bagi saluran pernapasan karena dapat menyerang langsung organ paru-paru. Abu vulkanik memiliki tekstur yang halus dengan ukuran yang sangat kecil.
Untuk ukuran yang kurang dari 10 mikron, abu vulkanik dapat langsung menyebabkan gangguan pernapasan. Sedangkan abu yang berukuran kurang dari 5 mikron dapat menyerang langsung organ paru-paru.
Gangguan pernapasan yang disebabkan bisa berbagai macam, mulai dari ringan hingga berat.
Abu vulkanik dapat menyebabkan kematian jika seseorang menghirup abu vulkanik yang berhawa panas. Abu vulkanik jenis tersebut dapat membawa abu piroklastik.
Abu piroklastik mempunya ciri-ciri ukuran dengan permukaan yang tidak teratur dan cenderung tajam.
Jika seseorang terhirup abu jenis tersebut, maka bisa mengakibatkan luka pada saluran pernapasan, pada kasus kronis bisa menyebabkan kematian.
Seperti diketahui, abu vulkanik dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan iritasi saluran napas.
Pada seseorang yang telah menderita gangguan paru, misalnya asma, maka abu vulkanik dapat memperparah kondisi tersebut.
Namun, gangguan pernapasan pada tahap ini bisa disembuhkan dengan pengobatan yang benar dan rutin.
Jika terpapar abu vulkanik dalam waktu yang lama atau hingga bertahun-tahun, maka akan memberikan efek kronik.
Efek kronik yang muncul ditandai dengan adanya penumpukan abu silika dalam paru yang biasa disebut silikosis. Akibatnya, penderita akan mengalami penurunan fungsi paru.
Pada tahap ini, penderita akan mengalami penyakit paru obstruktif kronik atau biasa disebut PPOK.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: