Ilusterasi hepatitis (Unsplash/Dr_Microbe)
Baru-baru ini temuan kasus hepatitis akut menggemparkan publik. Pasalnya penyebab kemunculan jenis baru hepatitis tersebut masih sangat misterius.
Sayangnya, penyakit yang pertama kali menjangkiti warga Inggris itu telah menewaskan tiga orang anak di Indonesia. Sehingga Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegah dan Pengendalian Penyakit mantap mengeluarkan Surat Edaran nomor HK. 02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang tidak diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology), tertanggal 27 April 2022.
Baca juga: 3 Anak Meninggal, Kemenkes Minta Masyarakat Waspada terhadap Wabah Hepatitis Misterius
Sebelumnya, kasus infeksi hepatitis misterius itu sendiri telah diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terus dipantau.
Para pakar kesehatan mulai dari epidemiolog hingga ahli penyakit menular juga terus dikerahkan untuk menyelidiki asal muasal penyakit ini.
Bahkan menurut Profesor Tjandra Yoga Aditama berdasarkan data penelitian epidemiologi awal, para peneliti belum bisa memastikan sumber penularan utama hepatitis akut, apakah terkait makanan, obat atau bahkan toksin.
"Kejadian penyakit ini jarang, tidak jelas ada tidaknya kemungkinan penularan antar manusia, kasusnya masih bersifat sporadik," katanya, seperti yang dikutip dari ANTARA, Rabu (4/5/2022).
Lantas, bagaimana perbedaan hepatitis misterius dengan hepatitis biasa?
Menurut Prof. Tjandra masyarakat harus senantiasa mewaspadai kemunculan hepatitis akut. Pasalnya hasil pemeriksaan terhadap jenis ini negatif.
Dengan kata lain, tidak ditemukan di antara tipe hepatitis yang sudah ada sebelumnya, yakni tipe A, B, C, D, dan E.
"Nah ini semuanya negatif," ungkap mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.
Pada kasus hepatitis biasa gejalanya muncul akibat infeksi virus hepatitis itu sendiri. Namun hasil pemeriksaan terhadap kasus hepatitis misterius menemukan adanya adenovirus yang diduga sebagai penyebabnya.
Meskipun demikian, gejala yang ditimbulkan sama dengan hepatitis tipe yang sudah ada, seperti demam hingga kulit yang berubah warna menjadi kekuningan.
"Yang ketemu pada sebagian kasus malah adenovirus, jadi bukan virus hepatitis, hanya gejalanya adalah gejala hepatitis. Anaknya kena demam, kuning, dan sebagainya. Jadi ini dua hal yang berbeda," lanjut Prof. Tjandra
Lebih lanjut, Kemenkes melaporkan beberapa gejala yang ditemukan pada pasien hepatitis akut yang meliputi:
Perbedaan selanjutnya terletak pada etiologi atau asal muasal infeksi hepatitis akut tersebut. Dibandingkan dengan hepatitis tipe yang sudah ada, hepatitis misterius belum jelas asalnya dan keterkaitan dengan aspek lain seperti obat-obatan tertentu atau makanan yang dikonsumsi sebelumnya.
Sehingga sebagai langkah untuk meningkatkan kewaspadaan penyakit ini, Prof. Tjandra menilai penyedia layanan kesehatan di Indonesia perlu siaga.
Setidaknya memberikan penjelasan pada tenaga kesehatan dan berbagai terapi dasar bila terjadi kasus.
Selain itu, penyuluhan kesehatan pada masyarakat luas juga diperlukan.
“Jelas kewaspadaan memang diperlukan. Untuk deteksi kalau ada kasus yang dicurigai, termasuk akses dan ketersediaan pemeriksaan adenovirus dan berbagai jenis virus lainnya," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: