llustrasi vaksin omicron (Freepik/franckreporter)
Infeksi BA.4 dan BA.4 dikhawatirkan dapat menimbulkan gelombang baru COVID-19. Pasalnya subvarian Omicron tersebut terus merebak di beberapa wilayah di Indonesia.
Bahkan di belahan dunia lain seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, mutasi baru virus SARS-CoV-2 ini telah menyebar begitu pesat.
“Sejak pertama diidentifikasi di Afsel awal tahun ini, persebaran BA.4 & BA.5 memang cukup pesat di berbagai negara. Salah satu contoh di Amerika Serikat. Pada awal Mei mereka hanya 1%. Tapi saat ini BA.4 dan BA.5 menyumbang 21% kasus baru di AS,” ungkap Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban dalam akun Twitternya @ProfesorZubairi yang dikutip Sabtu (18/6/2022).
Menurut Prof Zubairi, BA.4 dan BA.5 cukup berpotensi menimbulkan gelombang baru di Indonesia. Tetapi mungkin puncaknya tak seburuk Delta.
Baca juga: Pelonggaran Prokes Turut Sebabkan COVID-19 Naik, Ini Saran dr Reisa soal Waktu Buka Masker
“Yang jelas puncaknya tidak akan setinggi Delta. Namun jangka waktu beredarnya mungkin lebih lama dibanding varian sebelumnya. Artinya puncaknya tidak akan terlalu tinggi dan dari kurvanya akan agak melebar,” sambungnya.
Meski begitu, masyarakat tetap diimbau untuk kembali waspada. Apalagi varian baru ini memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dan ‘kebal’ perlindungan infeksi sebelumnya.
“Lebih menular dan dapat menembus kekebalan seseorang yang pernah terinfeksi Omicron sebelumnya. Tapi belum ada data bahwa BA.4 atau BA.5 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada subvarian Omicron yang beredar saat ini,” beber Prof Zubairi lagi.
Adapun perihal prediksi akan ada 20 ribu kasus per hari akibat infeksi BA.4 dan BA.5, Prof Zubairi turut meyakini apalagi belum ada bukti bahwa vaksinasi bisa menangkal infeksi varian ini.
"Vaksin efektif menangkal BA.4 dan BA.5? Bukti saat ini belum cukup untuk memastikan kemanjuran vaksin dan hasil klinis lainnya--dibandingkan dengan varian sebelumnya," ungkapnya.
Karenanya diperlukan upaya dan mitigasi yang signifikan untuk menekan lonjakan kasus yang terjadi sekarang.
“Jika enggak ada upaya dan mitigasi yang signifikan, maka kasus baru tentu akan meningkat. Semoga, dengan pengalaman yang kita punya, termasuk perilaku prokes yang baik, kita bisa melewatinya,” beber Prof Zubairi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: