Kategori Berita
Media Network
Selasa, 06 JUNI 2023 • 10:03 WIB

Mengenal ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), Gejala, Faktor hingga Pengobatan

Ilustrasi ADHD (Freepik)

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ramai menjadi perbincangan publik saat ini. ADHD merupakan kondisi kronis ditandai dengan pola kurangnya perhatian atau hiperaktivitas-impulsif yang terus berlanjut.

Kondisi ADHD dapat mengganggu fungsi atau perkembangan seseorang. Biasanya penyakit ini sering diidap oleh anak-anak dan bertahan sampai dewasa.

Lantas apa sih sebenarnya ADHD? Simak penjelasan berikut.

Baca juga: Gadis 5 Tahun Overdosis Obat ADHD Kakaknya yang Autisme saat Ibunya Tidak Mengawasi

Gejala ADHD

Dilansir National Institute of Mental Health, penderita ADHD mengalami pola berkelanjutan dari jenis gejala berikut:

1. Kurangnya Perhatian

Seseorang mungkin mengalami kesulitan untuk fokus dalam pekerjaan dan tetap teratur, dan masalah ini bukan karena pembangkangan atau kurangnya pemahaman.

2. Hiperaktif

Seseorang mungkin tampak bergerak terus-menerus, termasuk dalam situasi yang tidak sesuai, atau gelisah, mengetuk, atau berbicara secara berlebihan. Pada orang dewasa, hiperaktif dapat berarti kegelisahan yang ekstrim atau berbicara terlalu banyak.

3. Impulsif

Seseorang dapat bertindak tanpa berpikir panjang atau mengalami kesulitan dengan pengendalian diri. Impulsif juga dapat mencakup keinginan untuk mendapatkan imbalan segera atau ketidakmampuan untuk menunda kepuasan.

Seseorang dapat dikatakan ADHD jika mengalami gejala-gejala kronis seperti di atas. Gejala itu bertahan lama, merusak fungsi dan menyebabkan orang tersebut tertinggal dari perkembangan tipikal untuk usianya.

Gejala ADHD dapat muncul sejak antara usia 3 dan 6 tahun dan dapat berlanjut hingga remaja dan dewasa. Untuk remaja atau orang dewasa, gejalanya harus sudah ada sebelum usia 12 tahun.

Ilustrasi ADHD (Freepik)

Faktor ADHD

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan ADHD, meskipun banyak penelitian menunjukkan bahwa ADHD adalah bawaan genetik. 

Seperti banyak gangguan lain, ADHD mungkin terjadi dari beberapa faktor. Selain genetika, peneliti melihat kemungkinan faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko pengembangan ADHD. Saat ini peneliti sedang mempelajari bagaimana cedera otak, nutrisi, dan lingkungan sosial mungkin menjadi faktor ADHD.

ADHD lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dan wanita dengan ADHD lebih cenderung memiliki gejala kekurangan perhatian. Orang dengan ADHD seringkali memiliki kondisi lain, seperti ketidakmampuan belajar, gangguan kecemasan, gangguan perilaku, depresi, dan gangguan penggunaan zat.

Ilustrasi ADHD (Freepik)

Baca juga: Ibu Hamil Tak Disarankan Mengonsumsi Parasetamol karena Berisiko Bayi Autisme dan ADHD

Pengobatan ADHD

Bagi banyak orang, pengobatan ADHD mengurangi hiperaktif dan impulsif serta meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus, bekerja, dan belajar. Namun perlu diketahui bahwa penggunaan obat harus diawasi secara ketat oleh dokter yang meresepkannya.

1. Stimulan 

Meskipun tampaknya tidak biasa untuk mengobati ADHD dengan obat yang dianggap sebagai stimulan, obat ini bekerja dengan meningkatkan zat kimia otak dopamin dan norepinefrin, yang memainkan peran penting dalam berpikir dan perhatian.

2. Non-stimulan

Obat-obatan ini membutuhkan waktu lebih lama untuk mulai bekerja daripada stimulan, tetapi juga dapat meningkatkan fokus, perhatian, dan impulsif pada orang dengan ADHD. 

Meskipun tidak disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) khusus untuk pengobatan ADHD, beberapa antidepresan digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan stimulan untuk mengobati ADHD. 

Ilustrasi ADHD (Freepik)

Baca juga: Jangan Terkecoh, 52 Persen Konten Kesehatan Mental di TikTok Menyesatkan

Psikoterapi dan Intervensi Psikososial

Beberapa intervensi psikososial khusus telah terbukti membantu individu dengan ADHD dan keluarga mereka mengelola gejala dan meningkatkan fungsi sehari-hari.

Jenis perawatan ini lebih efektif untuk mengobati gejala kecemasan atau depresi yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD.

1. Terapi perilaku

2. Terapi perilaku kognitif

3. Terapi keluarga dan perkawinan

4. Pelatihan keterampilan pengasuhan (behavioral parent management training)

5. Intervensi manajemen kelas perilaku khusus dan/atau akomodasi akademik

6. Teknik manajemen stres

7. Kelompok pendukung

Ilustrasi ADHD (Freepik)

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Mengenal ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), Gejala, Faktor hingga Pengobatan

Link berhasil disalin!