Anjing peliharaan penular rabies tertinggi di Turki. (Z Creators/Elisa Oktaviana Nurdin)
INDOZONE.ID - Bulan Juni lalu, bocah berusia 5 tahun di Buleleng, Bali, meninggal setelah digigit anjing peliharaannya yang terinfeksi rabies. Setelah kasus ini viral, di media sosial kemudian bermunculan video-video seputar rabies di daerah dan negara lain.
Rabies memang jadi ancaman serius, terutama di Afrika dan Asia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rabies menyebabkan hampir 59.000 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.
Populasi anjing liar di Turki sekitar 10 juta. (Z Creators/Elisa Oktaviana Nurdin)
Turki termasuk negara yang berada di bawah ancaman rabies, sejak ribuan tahun lalu. Selama periode Byzantium antara abad ke-4 sampai ke-14, para dokter dan dokter hewan menerapkan berbagai metode pengobatan rabies pada manusia serta hewan peliharaan. Namun semuanya tidak efektif.
Akhir abad ke-19, di era Kekaisaran Ottoman, Turki mengadopsi metode vaksinasi Pasteur, untuk pencegahan rabies pada manusia. Selama abad ke-20, ada sedikit kemajuan dalam mengendalikan rabies yang ditularkan anjing.
Tahun 1974, tercatat 52 kematian akibat rabies. Puncak rabies di Turki terjadi tahun 1981, dengan 2.260 kasus. Jumlah kasus rabies pada manusia dan hewan di Turki, mulai turun pertengahan tahun 1990-an. Namun angkanya tetap memprihatinkan.
Dikutip dari rabiesalliance, kini, setiap tahunnya di Turki ada sekitar 24 kasus kematian manusia akibat serangan anjing yang terinfeksi rabies. Kasus rabies di Turki mayoritas terjadi di perkotaan.
Ironisnya, 60 persen sumber penularan utamanya adalah anjing peliharaan. Selebihnya, akibat serangan atau gigitan anjing liar.
Anjing liar menghangatkan badan di depan pertokoan. (Z Creators/Elisa Oktaviana Nurdin)
Arus urbanisasi selama abad ke-20, menyebabkan peningkatan populasi anjing di kota-kota besar di Turki. Banyak warga yang memelihara anjing di rumah atau apartemen, karena mudahnya mengadopsi dan membeli hewan ini.
Sayangnya, banyak pemilik anjing yang tidak bertanggung jawab. Ketika mereka bosan atau tidak sanggup lagi merawat, anjing peliharaan dibuang di jalan, hutan dan permukiman warga.
Diperkirakan ada sekitar 10 juta anjing liar di seluruh Turki. Antara tahun 2004 sampai September 2022, sebanyak 2,3 juta telah divaksinasi oleh pemerintah daerah, sekitar 2 juta dikebiri dan 479.000 diadopsi dari penampungan.
Tim Kesehatan dan Kesejahteraan hewan menangkap, mensterilkan, memvaksinasi dan mengembalikan anjing liar ke tempat mereka ditemukan. Tim memasang chip digital di telinga anjing, yang berisi nomor identitas dan data medis. Informasi ini dapat dilacak dan diakses.
Anjir liat di Turki. (Z Creators/Elisa Oktaviana Nurdin)
Mayoritas warga Turki tidak menganggap anjing liar sebagai ancaman. Meski kasus serangan anjing terhadap manusia sering terjadi, warga Turki tetap memperlakukan anjing liar dengan sangat baik.
Mereka terbiasa berbagi ruang publik dengan anjing liar. Di taman-taman kota, minimarket dan supermarket, pertokoan bahkan di dalam kafe dan restoran.
Bukan hanya sekedar mengelus, warga Turki juga terbiasa memberi makan dan tempat berteduh untuk anjing-anjing liar. Mereka menganggap hewan terlantar ini tidak membahayakan, karena sangat jinak dan terbiasa berinteraksi dengan manusia.
Namun, beberapa warga memilih menjauh dari anjing dan kawanannya yang terlihat agresif. Mereka takut diserang dan tertular virus rabies yang mematikan.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators