Ilustrasi polusi udara Jakarta. (ANTARA/Galih Pradipta)
INDOZONE.ID - Polusi udara di Jakarta yang masuk dalam kategori tidak sehat, mengancam kesehatan banyak orang. Oleh sebab itu, warga diminta untuk membatasi aktivitas di luar ruangan.
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, belum ada rekomendasi waktu maksimal masyarakat berada di luar ruangan demi mengurangi risiko dampak buruk polusi bagi kesehatan.
"Tentu tidak ada lama waktu yang pasti karena kita tidak tahu persis di lokasi kita berapa tinggi polutannya, bagaimana arah anginnya, bagaimana kelembaban dan lainnya," kata Prof Tjandra, seperti dikutip dari ANTARA, Rabu (16/8/2023).
Baca Juga: Yuk! Cegah Dampak Buruk Polusi Udara Dimulai dari Diri Sendiri
Dia menambahkan, daya tahan tubuh dan ada tidaknya penyakit kronik, ikut menjadi penentu risiko seseorang terkena masalah kesehatan, karena berada di lingkungan yang terpapar polusi.
"Yang penting, bila mungkin membatasi aktivitas di luar ruangan lebih baik," sarannya.
Prof Tjandra menilai, perlu upaya maksimal dari pemerintah untuk menurunkan kadar polutan di udara, baik itu Nitrogen oksida (NOx), Ozon (O3), Karbon Monoksida (CO) dan partikulat utamanya PM 2.5 atau materi partikulat atmosfer yang berukuran sekitar 2,5 mikron atau mikrometer, yang lebih kecil dari diameter rambut manusia.
Lebih lanjut kata Prof Tjandra, infeksi saluran pernapasan aut atau ISPA menjadi salah satu dampak yang ditimbulkan dari polusi udara terhadap kesehatan.
"Tentu kalau ISPA tidak kunjung membaik maka (pada sebagian kecil kasus) dapat berkembang menjadi infeksi yang lebih berat, sampai ke pneumonia dan lainnya," tambahnya.
Menurutnya, sebagian besar ISPA disebabkan oleh virus sehingga tidak memerlukan antibiotik, namun cukup dengan obat simtomatik atau sesuai gejala, pola hidup baik dan cukup istirahat.
Tidak hanya ISPA, batuk juga menjadi dampak polusi terhadap kesehatan. Dia menyarankan pasien yang mengalami batuk banyak minum air, untuk mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan dan jalan napas jadi bersih.
Baca Juga: Awas! Kena Paparan Polusi Jangka Panjang Tingkatkan Risiko Penyakit Saluran Pernapasan
Lalu, jika ingin mengonsumsi obat batuk, sesuaikan dengan kebutuhan karena saat ini ada tiga jenis obat beredar yakni pengencer dahak, pengeluar dahak dan penekan batuk kering.
Dia merujuk pada data Organsisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019 menyebut polusi udara berhubungan dengan 6,7 juta kematian di dunia dan polusi udara ambien atau luar ruangan diperkirakan menyebabkan 4,2 juta kematian.
WHO secara tegas menyebut polusi udara sebagai salah satu risiko lingkungan terbesar bagi kesehatan.
Oleh sebab itu menurut Tjandra, dengan menurunkan kadar polusi udara makan negara di dunia termasuk Indonesia bisa menurunkan beban penyakit dari penyakit stroke, gangguan jantung, kanker paru serta penyakit paru dan pernapasan akut dan kronik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Antara