Ilustrasi pekerja kantoran sakit karena Sick Building Syndrome.
INDOZONE.ID - Pembangunan gedung ini memiliki dampak yang banyak bagi manusia, bisa dampak baik maupun buruk. Beberapa dampak buruk pembangunan gedung bagi manusia yaitu disebabkan karena kondisi gedung yang buruk, salah satunya terkait kualitas udara. Dampak buruk dari kualitas udara di dalam gedung inilah yang menyebabkan terjadinya Sick Building Syndrome (SBS).
Saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba meningkatkan pembangunan-pembangunan gedung yang akan difungsikan sebagai perkantoran, termasuk Indonesia. Pembangunan-pembangunan gedung ini utamanya terjadi di kota-kota metropolitan.
Sick Building Syndrome (SBS) adalah berbagai keluhan yang dirasakan orang-orang yang bekerja di dalam gedung atau bangunan dan biasanya berhubungan dengan durasi orang tersebut berada di dalam gedung.
Baca Juga: Pekerja Kantoran Merapat, Ini 3 Tips Mudah Atasi Low Back Pain Biar Gak Ganggu Kerjaan
Semakin lama berada di dalam gedung, maka makin kuat keluhan SBS yang dirasakan. Namun setelah meninggalkan gedung, keluhan itu akan berkurang bahkan hilang sama sekali.
Pada dasarnya setiap negara sudah mengetahui selalu terdapat SOP pembangunan gedung yang baik dan benar.
Namun pada pelaksanaanya, tidak semua perusahaan menaatinya, baik saat pembangunan maupun pemeliharaanya. Sehingga seiring berjalannya waktu, hal ini memicu terjadinya SBS
Beberapa kondisi gedung yang dapat memicu terjadinya SBS antara lain:
Baca Juga: Ini Mirror Syndrom, Penyebab Irish Bella Kehilangan Janin Kembarnya
Beberapa gejala dari SBS antara lain:
SBS bila tidak segera ditangani, akan menyebabkan penurunan performa kerja dan produktivitas para pekerja di gedung tersebut
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya SBS yaitu penerapan aturan dalam mendirikan sebuah bangunan dan pemeliharaan bangunan ketika sudah dipakai. Hal ini adalah salah satu yang terpenting untuk mencegah para pekerja terkena SBS.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat.