Kategori Berita
Media Network
Minggu, 30 MARET 2025 • 17:25 WIB

Kefir Probiotik: Harapan Baru dalam Melawan Penyakit Alzheimer?

 

Ilustrasi lansia penderita alzheimer.

INDOZONE.ID - Penyakit Alzheimer merupakan kondisi demensia yang paling umum, dan hingga kini belum ditemukan obatnya. Para ilmuwan terus mencari cara untuk mencegah dan mengurangi dampaknya. 

Dikutip dari Medical News Today, suatu tinjauan terbaru yang dilakukan peneliti di Brasil menyoroti potensi kefir—minuman fermentasi yang kaya akan probiotik—dalam membantu memperbaiki kondisi penderita Alzheimer.

Hubungan Kesehatan Usus dan Otak

Seiring dengan semakin banyaknya penelitian tentang Alzheimer, semakin banyak pula bukti yang menunjukkan, kesehatan usus memiliki peran penting dalam kesehatan otak. 

Para peneliti di Brasil mengkaji beberapa penelitian, untuk mengetahui apakah kefir dapat menjadi suplemen yang bermanfaat bagi penderita Alzheimer. 

Kefir menarik perhatian para ilmuwan, lantaran komposisi mikroba uniknya yang mengandung bakteri dan ragi, dalam hubungan simbiosis.

Dalam tinjauan tersebut, para peneliti mengumpulkan tujuh penelitian terkait kefir dan penyakit neurodegeneratif. Satu penelitian dilakukan pada manusia, empat penelitian pada hewan pengerat, dan dua penelitian pada lalat buah. 

Meskipun jumlah penelitian yang dikaji masih terbatas, hasilnya cukup menjanjikan, terutama dalam meningkatkan fungsi kognitif.

Baca Juga: Mengenal Alzheimer, dari Gejala hingga Pencegahannya

Kefir dan Peningkatan Fungsi Kognitif

Diperkirakan sekitar tujuh juta orang di Amerika Serikat menderita Alzheimer. Jumlah ini diperkirakan hampir dua kali lipat dalam 25 tahun ke depan. 

Mengingat adanya dampak fisik, emosional, dan finansial yang ditimbulkan oleh penyakit ini, para ilmuwan terus mencari cara untuk menguranginya.

Kefir

Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti, apakah probiotik dapat bermanfaat bagi penderita Alzheimer. Dalam tinjauan ini, para ilmuwan ingin mengetahui apakah kefir, sebagai salah satu sumber probiotik, dapat memberikan manfaat serupa.

Probiotik dikenal penting bagi kesehatan usus, karena dapat meningkatkan jumlah bakteri baik dalam mikrobioma. Hal itu berdampak positif pada sistem kekebalan tubuh, jantung, dan organ lainnya. 

Kefir, yang dibuat dari fermentasi biji kefir dengan susu (baik susu hewani maupun nabati), memiliki komposisi mikroba yang khas, sehingga menarik perhatian para peneliti.

Penelitian pada Manusia

Satu studi pada manusia yang dikaji dalam tinjauan ini, berlangsung selama 90 hari dan melibatkan 13 partisipan dengan Alzheimer. Para peserta mengonsumsi suplemen kefir setiap hari, dengan dosis 2 mL per kilogram berat badan.

Sebelum memulai konsumsi kefir, para peneliti mengukur fungsi kognitif para peserta, dengan menggunakan tes Mini-Mental State Examination (MMSE), serta tes daya ingat. 

Selain itu, mereka juga mengumpulkan data terkait biomarker inflamasi dan stres oksidatif.

Hasil penelitian menunjukkan, setelah 90 hari mengonsumsi kefir, skor MMSE peserta meningkat sebesar 28 persen. Sementara hasil tes daya ingat meningkat hingga 66 persen. 

Selain itu, terjadi perbaikan pada biomarker inflamasi dan stres oksidatif, yang menunjukkan kefir mungkin berperan dalam mengurangi peradangan serta kerusakan sel otak. 

Meski hasilnya menjanjikan, para peneliti menekankan, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan manfaat kefir pada manusia.

Baca Juga: Hati-Hati! Kebiasaan Ngupil Bisa Meningkatkan Risiko Alzheimer dan Demensia

Studi pada Hewan

Selain penelitian pada manusia, studi pada hewan juga menunjukkan potensi manfaat kefir bagi fungsi kognitif. Dalam studi pada hewan pengerat, kefir ditemukan dapat memengaruhi mikrobiota usus, dan jalur Toll-like receptor 4 (TLR4), yang diketahui berperan dalam perkembangan Alzheimer. 

Studi ini menunjukkan, kefir secara signifikan menekan ekspresi TLR4. Hal itu berkontribusi pada pengurangan peradangan saraf, melindungi jaringan otak, dan meningkatkan fungsi kognitif.

Studi lain meneliti efek kefir, jika dikombinasikan dengan terapi sel punca untuk Alzheimer. Hasilnya, peradangan saraf berkurang secara signifikan.

Selain itu, dua studi lain meneliti kombinasi kefir dengan pioglitazon (obat diabetes), dan simvastatin (obat penurun kolesterol). Kedua kombinasi tersebut menunjukkan efek perlindungan bagi otak.

Pada studi yang dilakukan pada lalat buah, kefir menunjukkan pengurangan penumpukan plak beta-amiloid, yang merupakan ciri khas Alzheimer. 

Selain itu, kefir juga meningkatkan keterampilan motorik pada lalat, yang dapat menjadi indikasi manfaatnya bagi penderita Alzheimer. Mengingat, penyakit ini sering menyebabkan penurunan keterampilan motorik seiring waktu.

Kefir Menjanjikan, Tapi Masih Butuh Penelitian Lebih Lanjut

Direktur Neurologi Kognitif dan Perilaku di Marcus Neuroscience Institute, Dr. Peter Gliebus, menanggapi studi ini dalam wawancaranya dengan Medical News Today. 

Ia menjelaskan, kefir dapat mendukung kesehatan otak dengan membantu mengembalikan keseimbangan mikrobioma usus, mengurangi peradangan sistemik, serta memperkuat penghalang usus untuk membatasi peradangan saraf.

"Kefir mengandung senyawa bioaktif dengan sifat antioksidan yang dapat melindungi neuron dari stres oksidatif. Perlindungan ini dapat membantu menjaga fungsi sinapsis dan mitokondria, sehingga berpotensi memperlambat neurodegenerasi," ujar Gliebus.

Ilustrasi lansia yang rentan mengalami Alzheimer.

Namun, ia menekankan, bukti yang ada saat ini masih sangat awal. Sehingga, perlu adanya peninjauan lebih lanjut terkait kefir dijadikan untuk pengobatan bagi penderita Alzheimer.

Tinjauan ini menempatkan kefir sebagai terapi tambahan yang menjanjikan karena kemampuannya dalam mengurangi peradangan saraf dan stres oksidatif melalui sumbu usus-otak, tetapi bukti yang tersedia masih sangat awal,” katanya.

Baca Juga: Inilah Perbedaan Probiotik dan Prebiotik yang Dibutuhkan oleh Tubuh

Sementara itu, Seorang Ahli Saraf dan Pendiri Isaac Health, Dr. Joel Salinas, juga mengomentari penelitian ini. 

Menurutnya, meskipun studi awal, terutama pada hewan dan laboratorium, menunjukkan kefir dapat mengurangi peradangan dan stres oksidatif di otak, masih terlalu dini untuk menerapkannya sebagai pengobatan utama bagi penderita Alzheimer.

Ia juga menekankan, pentingnya perubahan gaya hidup sebagai pendekatan yang lebih luas dalam mengelola Alzheimer. 

"Intervensi makanan seperti kefir, dapat melengkapi pengobatan dengan mendukung kesehatan otak dan kesejahteraan secara keseluruhan,” ujar Salinas.

Pendekatan holistik—termasuk pola makan seimbang, aktivitas fisik, stimulasi kognitif, dan keterlibatan sosial—dapat memberikan manfaat terbaik bagi individu yang berisiko atau dalam tahap awal Alzheimer," lanjutnya.

Meskipun penelitian ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, diperlukan lebih banyak uji klinis berskala besar pada manusia, untuk memastikan efektivitas kefir dalam mengatasi Alzheimer. 

Namun, sebagai bagian dari pola makan sehat, konsumsi kefir tetap dapat memberikan manfaat bagi kesehatan secara keseluruhan, termasuk bagi otak.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Medical News Today

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Kefir Probiotik: Harapan Baru dalam Melawan Penyakit Alzheimer?

Link berhasil disalin!