Membiarkan lansia tinggal sendiri di rumah bisa menyebabkan banyak risiko. Selain malnutrisi, lansia bisa merasa kesepian hingga kepikunan.
Sayangnya, masih banyak masyarakat terutama anak muda yang membiarkan orang tuanya tinggal sendiri di rumah. Walaupun ada kesepakatan dan kemuan orang tua yang ingin tinggal sendiri, ada baiknya kamu sering menengoknya, walau hanya seminggu sekali jika dekat dengan rumah.
Saran dari Pembina Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PB Pergemi), Prof. Dr. dr. Siti Setiati SpPD K-Ger. M.Epid, menengok orang tua yang tinggal sendiri di rumah sebaiknya menjadi rutinitas yang perlu dijadwalkan. Sebab lansia yang tinggal dan hidup sendiri rentan mengalami kesepian dan kondisi itu bisa membunuh.
“Karena kesepian itu membunuh. Penelitian banyak yang menunjukkan orang yang kesepian lebih cepat pikun, lebih mudah depresi, dan usianya cenderung lebih pendek,” katanya dalam acara Nestle Boost "Dukung Lansia Hidup Sehat dan Aktif lewat Restoractive Fest 2025: Bakti Sepanjang Usia" di Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Baca Juga: 6 Tips Jaga Kesehatan Mental Lansia: Anti Rentan, Tetap Kuat!
Ilustrasi pasangan lansia. (Freepik/tirachardz)
Di samping itu, orang-orang yang kesepian juga lebih mudah mengalami malnutrisi. Karena merasa enggak punya teman, lansia sering merasa malas malan.
“Mereka nggak mau makan. Karena makan bersama itu suatu kebutuhan. Saya tadi bilang makan bersama itu kegiatan sosial. Begitu nggak ada teman, males makan,” tambahnya.
Baca Juga: Waspadai 5 Gangguan Psikologis yang Sering Dialami Lansia, Kenali Tandanya Sejak Dini
Kamu perlu mencegah risiko yang bisa dialami orang tua cuma gara-gara kamu datang menengok. Solusinya gampang, sebaiknya kamu menyusun jadwal kunjungan kepada orang, minimal sekali dalam seminggu.
“Jika anak ada tiga, bisa bergiliran. Yang penting, lansia tidak dibiarkan sendirian dalam waktu lama. Jangan biarkan lansia sendiri. Itu prinsip penting yang harus terus diangkat,” tegasnya.
Kunjungan pun tidak harus mewah, seperti mengajak jalan santai, mengobrol, atau sekadar mendengarkan cerita mereka sudah cukup membuat hati lansia hangat. Bahkan, diskusi ringan yang mengajak mereka berpikir akan sangat membantu mempertahankan fungsi kognitif.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung