Kementerian Luar Negeri pun mulai mengingatkan traveler untuk mewaspadai perkembangan kasus COVID-19 di negara-negara ini.
Namun, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih belum ada penyikapan khusus. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Ishadi Zayid saat ditemui usai jumpa pers di Pendopo Parasamya Kabupaten Sleman, pada Rabu (4/6/2025).
"Kalau yang COVID-19 itu belum ada penyikapan khusus ya. Belum. Jadi kalau itu kita masih nunggu dari Dinas Kesehatan," ujar Ishadi.
Meski begitu, Ishadi menegaskan bahwa tetap mendengarkan peringatan dari pemerintah pusat dengan memperkuat pelaksanaan CHSE (Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) sebagai protokol mencegah masuknya virus COVID-19.
BACA JUGA Disdikpora Sleman Siapkan SPMB Jenjang SMP, Pendaftaran Dibuka Mulai 18 Juni 2025“Karena sudah ada peringatan dari pemerintah pusat terkait dengan COVID-19, maka penerapan CHSE ini yang kemudian harus dikedepankan di destinasi wisata maupun desa wisata,” lanjutnya.
Terkait pengawasan di lapangan, pihaknya berencana akan melakukan pemantauan serta menerbitkan surat edaran kepada seluruh pengelola destinasi wisata. Namun, Ishadi mengakui tetap akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dalam mengambil langkah tersebut.
“Kita tidak mungkin menjangkau semua destinasi yang ada, tetapi kita akan melakukan monitoring. Dan kita akan membuat surat edaran. Sehingga harapannya ya nanti jangan sampai kemudian kasus COVID-19 seperti tahun yang lalu,” tegasnya.
Dinas Pariwisata Sleman juga mengimbau semua pihak untuk mematuhi anjuran pemerintah dalam menangani potensi kasus COVID-19 demi keselamatan bersama, khususnya di sektor pariwisata yang rentan.
Diketahui, tren kenaikan kasus COVID-19 saat ini tercatat cukup signifikan, terutama dengan munculnya varian-varian baru virus corona.
Beberapa varian yang tengah beredar di negara-negara tersebut antara lain:
• XEC dan JN.1 di Thailand
• LF.7 dan NB.1.8 di Singapura
• JN.1 di Hong Kong
• XEC di Malaysia
Sementara di Indonesia, tepatnya dalam sepekan terakhir, yakni pada periode 25-31 Mei 2025, Kemenkes RI mencatat 7 kasus baru COVID-19 dengan positivity rate sebesar 2,05%.
Artinya, dari 100 orang yang diperiksa, terdapat dua orang yang hasil tesnya positif. Ini menunjukkan bahwa transmisi virus masih berlangsung meskipun jumlah kasus tidak melonjak drastis.
Sebagai perbandingan, positivity rate tertinggi pada tahun 2025 terjadi di minggu ke-19 sebesar 3,62%, dengan kenaikan kasus tertinggi di provinsi Banten, Jakarta, dan Jawa Timur. Sepanjang tahun 2025, Kemenkes telah memeriksa total 2.160 spesimen, dan dari jumlah tersebut, 72 dinyatakan positif.
BACA JUGA Disdikpora Sleman Pastikan Kursi SMP Cukup untuk Siswa Baru"Jumlah kasus terlapor M22 (25-31 Mei) adalah sebanyak 7 kasus," laporan data Kemenkes yang diberikan oleh jubir Kemenkes Widyawati kepada wartawan, Selasa (3/6/2025).
Positivity rate tertinggi di tahun 2025 terjadi pada minggu epidemiologi ke-19, yakni sebesar 3,62%. Tercatat kenaikan kasus tertinggi di minggu ke-19 terjadi di provinsi Banten, Jakarta, dan Jawa Timur.
Selama 2025, Kemenkes sudah memeriksa 2.160 spesimen. Dari 2.160 spesimen itu, 72 di antaranya positif COVID.