INDOZONE.ID - Banyak warga Jakarta kini melirik Surakarta atau Solo sebagai daerah tempat tinggal baru. Hal ini diungkap dalam Laporan terbaru 99 Group.
Dalam laporan tersebut, terungkap bahwa warga Jakarta menempati peringkat empat dalam minat properti rumah di Solo, dengan generasi muda mencapai angka 10,4 persen.
Sedangkan Yogyakarta dan Semarang tetap memimpin, masing-masing dengan 21,1 persen dan 15,8 persen, sebagai wilayah terdekat dengan Surakarta.
Solo menempati peringkat ketiga dengan 14,1 persen, sedangkan Jakarta memiliki minat sebesar 10,4 persen.
Baca Juga: Sedih ! Wisatawan di Gunung Bromo Membludak Tetapi Ojek Kuda dan Pedangan Souvenir Sepi
"Minat ini mencerminkan keinginan banyak orang perkotaan untuk mencari alternatif tempat tinggal di kota yang lebih kecil," kata Senior Vice President Marketing 99 Group Indonesia Bharat Buxani dalam laporan itu, dikutip Jumat (29/12).
Mengutip akun Instagram @finfolkmoney, Surakarta juga menarik perhatian dengan biaya hidup yang terjangkau, potensi gaya hidup tenang, dan jauh dari hiruk-pikuk kota besar.
Terlebih Solo dinobatkan sebagai Kota Paling Nyaman untuk Dihuni versi Ikatan Ahli Perencana pada 2022.
Keindahan pariwisata, kearifan budaya, dan perkembangan infrastruktur adalah hal yang membuat Surakarta mengalami peningkatan signifikan dalam tren harga properti menjelang akhir tahun 2023.
Baca Juga: Bantu Warga, Relawan Ganjar-Mahfud Gelar Bazar Murah di Kampung Buruh Kabupaten Bekasi
Kenaikan harga hunian tercermin pada pertumbuhan median harga di rentang luas di bawah 60 meter persegi, naik sebesar 16,3 persen dengan median harga Rp465 juta.
"Mayoritas calon pembeli di Surakarta adalah generasi muda. Dengan 73,9 persen berusia 18-44 tahun," kata Buxani.
Sementara itu, permintaan rumah di Solo terus meningkat sejak awal tahun 2023, dengan pertumbuhan permintaan rumah jual sebesar 49,1 persen dan rumah sewa sebesar 55,3 persen secara year-to-date (ytd)
Laporan juga mengungkap, kelima kecamatan di Surakarta yang paling diminati, yaitu Banjarsari dengan 37,3 persen, Jebres 35,9 persen, Laweyan 17,0 persen, Pasar Kliwon 5,7 persen, dan Serengan dengan 4,1 persen.
"Solo cenderung menjadi pasar potensial bagi pencari hunian dari kalangan kelas menengah, menengah-bawah, dengan ukuran bangunan yang relatif kecil," imbuh Buxani.
Sementara kota-kota seperti Bandung, Denpasar, dan Jakarta Pusat memiliki potensi bagi kelas menengah, menengah atas, dengan pertumbuhan harga yang signifikan pada luas bangunan yang lebih besar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: @finfolkmoney