INDOZONE.ID - Pernikahan yang bagi sebagian orang menjadi tujuan utama dalam hidup, kini menjadi fenomena menakutkan bagi banyak perempuan.
Fenomena ini berakar pada perubahan sosial dan budaya yang mempengaruhi pandangan perempuan terhadap pernikahan.
Banyaknya hal kultural yang dialamiahkan, memunculkan ketakutan tersendiri bagi perempuan. Misalnya, ketidaksetaraan gender, kesadaran akan hak-hak pribadi, dan pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan.
Ketakutan tersebut menjelma dalam hal-hal yang membuat hubungan seharusnya tidak dipertahankan, seperti perlakukan kekerasan fisik atau emosional, ketidaksetiaan, kontrol berlebihan dari satu pihak hingga konflik berulang tanpa solusi.
Baca Juga: 10 Tanda Hubungan Sehat dengan Pasangan: Kamu Alami yang Mana?
Tentunya, ada langkah preventif yang dapat dilakukan untuk membina hubungan yang baik. Dalam hal ini, komunikasi dan dukungan sangatlah penting perannya, untuk memastikan setiap pihak mendukung impian atau tujuan hidup pasangannya dan berkomunikasi secara terbuka.
Selain itu, fondasi hubungan yang sehat dapat dibangun melalui kepercayaan dan kejujuran kedua pihak, serta keseimbangan dan kesetaraan agar keduanya merasa dihargai dan memiliki peran yang setara.
Diskusi terbuka antarpihak dalam sebuah pasangan juga perlu dilakukan sebelum menjalani pernikahan, seperti tentang tujuan bersama dalam rumah tangga.
Di sini, perlu dipastikan adanya visi yang sama mengenai masa depan, termasuk karier, anak, dan tempat tinggal.
Baca Juga: 6 Alasan Pasangan Cerai: KDRT seperti yang Dialami Selebgram Cut Intan Nabila, Salah Satunya!
Kemudian, perihal keuangan dan pengelolaan pun termasuk penting untuk didiskusikan, seperti pengeluaran, tabungan, dan utang sebagai bentuk kesejahteraan dalam rumah tangga.
Selain itu, perlu adanya nilai dan kepercayaan yang sama atau kedua pihak bisa saling menghargai apabila terdapat perbedaan. Hal ini mencakup nilai hidup, keyakinan, agama, dan tradisi.
Sebelum memulai kehidupan rumah tangga, diperlukan diskusi mengenai masalah kesehatan atau riwayat keluarga yang mungkin memengaruhi hubungan atau keputusan di masa depan.
Namun, apabila sebuah hubungan yang tidak sehat sudah terjadi dalam rumah tangga, diperlukan adanya beberapa tindakan dengan hati-hati.
Baca Juga: 6 Alasan Pasangan Kamu Selingkuh: Baca, biar Gak Jadi Pasukan Patah Hati!
Ambil contoh, mencari dan mendapatkan bantuan untuk mendapatkan dukungan emosional, mengkomunikasikan keputusan kepada pasangan dengan tenang dan tegas, dan mengatur urusan logistis, seperti rencana keuangan, tempat tinggal, dan hak asuh anak apabila telah memilikinya.
Terkadang, hubungan tidak sehat dalam pernikahan tetap dipertahankan demi anak. Tentunya, ini pun perlu menjadi pertimbangan khusus karena situasinya cukup kompleks. Ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan hal tersebut, seperti:
- Kesehatan Emosional Anak
Kesehatan emosional anak, sebab anak dapat merasakan ketegangan dalam sebuah hubungan. Lingkungan yang penuh konflik dapat berdampak negatif pada kesehatan emosional mereka.
- Model perilaku
Apa pun tindakan dan keputusan orang tua, perilakunya dapat ditiru oleh anak mereka. Hubungan yang tidak sehat dapat mengajarkan pola hubungan yang tidak baik.
Baca Juga: Riset BKKBN: Angka Pernikahan Dini Turun, Tetapi Seks Remaja Meningkat
- Kesehatan Mental dan Fisik Orang Tua
Anak tentu membutuhkan kualitas perawatan yang baik dari orang tuanya. Oleh karenanya, orang tua perlu memastikan mereka mendapat kesejahteraan emosional yang baik, selain untuk dirinya, juga untuk anak-anak.
Mempertahankan hubungan demi anak harus dilakukan dengan pertimbangan matang dan dalam situasi perbaikan yang signifikan mungkin terjadi.
Dalam beberapa kasus, perceraian dapat memberikan lingkungan yang lebih stabil dan sehat bagi anak-anak.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Umsida.ac.id