Senin, 21 APRIL 2025 • 17:23 WIB

Cerita Ojol Perempuan di Jember: Penumpang Pria Mepet saat Dibonceng hingga Perlindungan Lebih Layak

Author

Para driver ojol perempuan di Jember, Jawa Timur.

INDOZONE.ID - Di Jember, Jawa Timur, ada komunitas unik beranggotakan para perempuan pengemudi ojek online (ojol) yang menamakan diri mereka Kartini Jember.

Mereka bukan hanya mencari nafkah, tapi juga saling menjaga dan mendukung satu sama lain.

Sebagian besar dari mereka adalah ibu tunggal atau perempuan yang harus menghidupi keluarga.

Sehari-hari, mereka melintasi jalanan kota menggunakan aplikasi ojol dari ponsel masing-masing.

"Adanya kelompok ini bernama Kartini Jember, sebagai wadah untuk saling mendukung dan memantau keselamatan saat bekerja, terutama saat malam hari. Tentunya bagi kami, driver ojol perempuan kan rawan," kata Lesly Novitasari (42), ketua komunitas, saat ditemui Senin (21/4/2025).

Lesly berasal dari Sumbersari, Jember. Menjadi driver ojol menurutnya adalah cara realistis untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarga.

“Terutama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Terlebih bagi teman-teman kami yang kondisinya kurang beruntung, ada yang janda, juga ada yang dengan terpaksa menjadi ojol dengan membawa anaknya. Karena ya tidak ada yang merawat. Harus berjuang hidup sendiri,” ujarnya.

Baca Juga: 30 Ucapan Hari Kartini 2025 yang Penuh Semangat Perempuan Hebat

Tapi bekerja di jalan bukan tanpa risiko. Lesly mengaku dirinya dan beberapa rekannya pernah mengalami perlakuan tak menyenangkan yang menjurus pada pelecehan saat mengantar penumpang laki-laki.

"Contohnya itu ketika kita dapat customer cowok terus dia itu boncengnya mepet banget. Kita beri arahan untuk menjauh, tapi malah tetap bahkan malah menjawab. 'Wong di kota lainnya, seperti ini gak papa mbak'. Saya balik jawab, tidak semua sama bapak, kita jual jasa mengantar jenengan. Bukan jual diri," ucapnya, menirukan pengalaman yang masih membekas.

Agar aman, para anggota komunitas rutin membagikan lokasi secara real-time saat sedang bekerja.

Driver ojol perempuan di Jember, Jawa Timur.

Kalau ada yang mengalami kejadian tak menyenangkan, mereka langsung bertindak, bahkan melaporkannya ke pihak perusahaan aplikasi.

Di momen Hari Kartini tahun ini, Lesly punya harapan sederhana, yakni keamanan dan perlindungan yang lebih layak bagi para driver perempuan.

"Komunitas kita kan dari berbagai perusahaan ojol yang ada di Jember. Keinginannya sih, keamanan kami dari perusahaan agar lebih diperhatikan apalagi kami perempuan," katanya.

Fera Kurniawati (25), anggota lainnya, juga punya cerita serupa. Ia berasal dari Desa Klungkung, Sukorambi, dan menjadi driver ojol sejak ditinggal suaminya. Kini, ia menghidupi anaknya seorang diri.

“Saya janda satu orang anak. Sehari-hari ya bekerja ngojek online ini. Karena kondisi, anak saya sering ikut saya ngojek. Ya bagaimana lagi, karena di rumah tidak ada yang jaga, juga gak bisa ditinggal. Jadi sambil bekerja saya ajak,” cerita Fera.

Driver ojol perempuan di Jember, Jawa Timur.

Kadang, saat hujan turun dan orderan dibatalkan, Fera merasa sedih dan lelah. Tapi ia tetap melanjutkan perjalanan hidupnya, membawa anak dan semangat yang tidak padam.

“Kalau hujan, anak gak saya ajak. Tapi kalau tidak hujan ya saya ajak, juga kepikiran kalau masuk angin. Ya dipakaikan jaket itu,” tambahnya.

Muizzatuz Zulfa (30), anggota lainnya, punya cerita yang sedikit berbeda. Ia mengenal suaminya saat sama-sama menjadi driver ojol. Kini mereka membagi peran sebagai pasangan yang sama-sama mencari nafkah dari jalanan.

“Saya ojol sudah lama, sejak sebelum Covid. Suami saya juga sama. Saat itu kita sama-sama single. Ketemu karena sama-sama punya kelompok dan bertemu. Akhirnya menikah,” ucap Zulfa.

Kini, ia memilih hanya mengambil penumpang di sekitar rumah di Ajung, sementara suaminya beroperasi di wilayah yang lebih luas.

Mereka punya harapan besar, dengan mengumpulkan cukup modal untuk membuka usaha sendiri di masa depan.

"Istri gak masalah, tapi kepikiran juga karena sudah berkeluarga. Juga khawatir banyak hal di jalan. Kan cari makan di jalan berat," kata Ahmad Humaidi (31), suami Zulfa, yang kini menjadi ayah dari satu anak berusia 1,5 tahun.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan