INDOZONE.ID - Memperingati Hari Buruh dapat dilakukan dengan membaca kembali puisi-puisi tentang para pekerja.
Puisi mengenai Hari Buruh bisa menjadi pengingat agar kita saling menghormati apapun peran dalam pekerjaan.
Selain itu, meresapi puisi mengenai buruh juga dapat dijadikan bentuk pengakuan terhadap para pekerja.
Nah, INDOZONE sudah merangkum kumpulan puisi singkat dan menyentuh hati tentang Hari Buruh Nasional.
Puisi Singkat tentang Buruh
Untuk memahami arti Hari Buruh yang sebenarnya, kamu bisa membaca puisi buruh yang singkat dan penuh makna mendalam seperti di bawah ini:
1. Buruh
Oleh: Bakri Iteng
Buruhku sayang
Buruhku malang
Buruh luar di undang
Dengan ucapan selamat datang
Buruh di negeri sendiri ditendang
dengan mengenyampingkan undang-undang
2. Aku Buruh
Oleh: Mi'rojul Fikri
Aku buruh
Murah
Budak modern untuk Tuan kapitalis
Bengis nan sadis
Aku buruh
Untuk hidup sejahtera memeras peluh
Berpeluh-peluh tak kaya-kaya
Dan hanya Tuan saya saja
yang boleh kaya sekaya-kayanya
Aku buruh
Tak boleh tenang karena Tuan harus senang
Dengan cuan cuan dan cuan yang buruh hasilkan
Demi secuil kesejahteraan
Kugadaikan jiwa pada sang Tuan
Aku buruh
Diperas sampai tatas rantas dengan beringas
di rimba luas
Penuh Tuan buas penguasa perkakas
Kami menggalang duka, luka, air mata
Kokohkan langkah
Berkerumun dan berserikat
Lantas tumbangkan Tuan buas
Namun
Itu hanyalah angan
Tuan buas tumbang?
Adalah sebuah ketidakmungkinan yang kami semogakan
Nyatanya
Perjuangan kami selalu berujung pada kekalahan
3. Sajak Sederhana untuk Marsinah
Oleh: Muhammad Wildan Habibillah
Marsinah buruh yang baik
Tiap hari bekerja dengan apik
kisah hidupnya jadi inspirasi
Tiap kamisan selalu ada aksi
Marsinah buruh yang baik
Tiap hari bekerja dengan apik
Nasibnya tak pernah diketahui
sebab orang mulai tak peduli
Marsinah buruh yang baik
Tiap hari bekerja dengan apik
perjuangannya adalah nyata
kisah hidupnya adalah sejarah
Marsinah buruh yang baik
Tiap hari bekerja dengan apik
kisah hidupnya menjadi menarik
sebab masalahnya seolah tanpa titik
Marsinah buruh perkasa
Tiap hari terus bekerja
perjuangannya jadi inspirasi mahasiswa
sebab masalahnya kini belum ada titik terangnya
Baca Juga: Sekilas Sejarah tentang Peringatan Hari Buruh Sedunia
Puisi untuk Hari Buruh
Sebagai bentuk penghargaan kepada sesama pekerja, kamu bisa membacakan puisi Hari Buruh yang menyentuh hati seperti contoh berikut ini:
4. Dengan Puisi Buruh Bercerita
oleh: Gusti Addi
Kau tahu siapa yang terhimpit
Dalam kefanaan yang sempit?
Dia yang menciptakan gedung-gedung tinggi
Menjalankan roda-roda gerigi pabrik industri
Tak kenal lelah demi sesuap nasi
Mereka para buruh yang jadi tiang pancang
Peradaban yang semakin pincang
Memaksa para buruh merayakan sayuh dan peluh
Dengan gaji picisan tanpa boleh mengeluh
Beberapa tak anggap mereka manusia
Dipaksa bekerja walau hamil tua
Dipaksa bekerja walau lembur tak dibayar jua
Gaung ancaman kemiskinan
Boleh jadi sebab rubuhnya para buruh
yang jadi tiang pancang peradaban
dan matinya harapan atas kesejahteraan
Tapi mereka ialah kesatria abadi
Tak lelah berjuang melepaskan diri dari ironi
Demi kebahagiaan anak serta istri
Dengan puisi buruh bercerita
Maka siapa pula yang berani membungkamnya?
5. Engkau, Kau!
Oleh: Lugis Anfi
Tahukah engkau?
Kau!
Kau yang ingin dipuji mewah
Mewah gemerlap memukau setiap mata menatap
Kau yang selalu ingin dipuji megah
Megah tetapi menjepit memerangkap
Pernahkah kau pikirkan?
Pikir!
Saat terik mentari mulai mengundang wajah memerah
Hujan dingin yang mencekam tak taranggap
Di balik itu pernahkah kau bayangkan ada lelah
Pernahkah kau siap, sigap membantu yang terperangkap
Pernahkah engkau lihat?
Lihat!
Para buruh sangat lelah susah payah
Bagai burung yang terperangkap
Mereka dirampas haknya atas jerih payah
Tetes keringat bercucur mulai mengendap
Cobalah kau mengerti!
Pahami!
Mengertilah mereka hanya ingin keadilan
Pahamilah mereka hanya ingin hukum ditegakkan
Mereka harus disejahterakan
Jangan lagi kau biarkan mereka telantar
6. Buruh di Negara Ini
Oleh: Aditya Zulmi Rahmawan
Waktu adalah permainan
Yang tak boleh dimainkan
Karena mulut akan semakin lama
Disesaki pohon kering
Isi kepala ditunggangi kutu-kutu
Yang tak tahu ada kepentingan
Di bawah mimbar itu
Esok hari menjumpai pekerjaan lagi
Doa setiap hari yang mereka panjatkan
Ternyata terus mengusir dirinya sendiri
Memaksa jarak yang dibangunnya sendiri
Adakah udara yang masih terhirup
Menghidupi kehidupan pinggiran kota
Adakah yang masih tak butuh sekolah
Menerangi rumah mereka
dan makanan yang tersedia
di piring-piring malam mereka
Mencoba meramal dengan kesederhanaan
Namun hilang daya hidup yang dijalani
Diselingi komentar penguasa
Yang terus berjajar rapi setiap hari
Dianjurkan peka mengenai keadaan negara
Namun ada satu yang pasti
Kekuasaan akan habis
Darah kita tetap satu
Kita hanya perlu pikirkan
Anakku dan anakmu esok
Seharusnya
Akan jadi apa
7. Hidup Buruh
Oleh: Mansur
Kau begitu tangguh
Teliti dalam mengerjakan jam-jam itu
Suara yang terus terdengar
Tik tok jam yang tak pernah hilang
Arloji yang kau pegang
Begitu menusuk di batin dan fikirmu
Menyatu bagai angka dan bidangnya
Suara itu terus terdengar
Sedikit tapi melengking di gendang telinga
Membuat tetesan darah menjalar di telinga
Hati tersentuh dan bergemuruh
Tak bisa diam tangan menggenggam
Meremas harus yang dipegangnya
Ia hanya bisa sabar
Menanti sang fajar
Tapi mendung terus menutupi
Tak sesikit mentari menghidupi
Makin susah saja hidup ini
Kata-kata mulai terkumpul
Mendobrak pabrik arloji
Puluhan massa tak terbendungkan
Menghiasi cuaca yang suram
Oh, sang pahlawan
Pabrik yang terlalu mengekang
Satu kata terus terlontar
Maju dan lawan
Takdir telah datang
Kita harus menang
Puisi Menyentuh Hati tentang Buruh
Puisi tentang buruh juga dapat dijadikan musikalisasi agar lebih hidup dan memberikan dampak yang luas. Berikut beberapa contohnya:
8. Nyanyian Buruh Migran
Oleh: Figo Kurniawan
Jingga langit senja telah menjemput malam
Jutaan anak negeri masih berdiri
Mengutip kepingan angan
Untuk yang tercinta sang buah hati
Di sini
Di negara milik Tuhan yang menjanjikan harapan
Mengapa kami pergi
Kenapa rela tinggalkan kampung halaman
Mengapa tega tinggalkan si kecil yang seharusnya dalam dekapan
Tak cintakah kami kepada negeri tumpah darah kami
Selalu ada tanya bodoh
Dari sekumpulan otak dangkal yang tak mengerti keadaan
Masih saja ada mulut busuk penguasa
Yang menganggap buruh migran memalukan dan merendahkan martabat bangsa
Tetapi kami
Akan terus berjuang
Di antara beban hidup dan harapan kehidupan
Demi keluarga yang terpijak kemiskinan
dan terhimpit keadaan
Buruh migran adalah pejuang
Bukan pemalas dan peminta-minta
Yang tak mungkin hanya duduk di pematang sawah
Menunggu padi menguning milik tetangga
9. Tentang Syukur
Oleh: Ahmad Nur Fauzi
Ayahku adalah padi
Ibuku adalah mesin cuci
Ayah
Pagi-pagi menanak keringat
Tuk hidangkan sesuap semangat
Pada anak-anaknya yang ingin berangkat
Walau tulangnya sudah reot dan hitam pekat
Berjalan di sawah tuk menanam padi
Tapi yang didapat hanya kejam mentari
Ibu
Pagi sudah membasuh keringat
Tak lupa menanak tanah untuk tenaga bapak
Lalu berangkat untuk mencuci pilu
Meminjam asa yang kian meraja di nota kredit
Tapi penyakit hati justru tak pernah hampiri
Karena telah ditancap pondasi sabar
Aku memang terlahir dari untuk dan rugi
Untung jika bisa makan keringat bapak
Kadang juga rugi ketika mencuci nasib sendiri
Ini bukan tentang rasa hancur
Tapi ini adalah perihal bersyukur
10. Di Kota Buruh
Oleh: Hanif Farhan
Di kota buruh
Santri-santri meninggalkan pesantren
Kobong kosong, kitab-kitab dirubung rayap
Para siswa setiap pagi apel
Memberi tabik kepada bendera
Mata mereka menatap masa depan
yang remang-remang
Karena papan tulis dan buku-buku
Hanya berbicara tentang lowongan kerja
Setelah lulus sekolah menengah
Di kota buruh
Petani pusing menjual tanah
Jadi tak punya pegangan
Tak menjual tanah saban musim
Hasil panen habis untuk bayar
Hutang bibit dan pupuk
Anak cucu mereka jadi robot
Yang diremot dengan satu telunjuk
dan cip berupa slip gaji
Di kota buruh
Sarjana-sarjana menenteng map berpeluh
Di gerbang sebuah pabrik
Seorang satpam berkata
"Di sini, lowongan kerja hanya untuk
satu dua orang saja."
Beribu sarjana tengadah ke langit
Harapan melayang ditangkap
Awan mendung
Di kota buruh
Pengangguran tumpah di jalan-jalan
Menjadi terror dalam ketenagakerjaan
yang menumpuk di meja kekuasaan
di meja korporat
yang ditindih tunggakan pajak
Orang-orang pengangguran berkata
"Jadikan kami buruh agar hidup terjamin!"
Di kota buruh
yang sesungguhnya bermukim
adalah lenguh
11. Hargai Keringatku
Oleh: Putri Bungsu
Aku tak mengenalmu wahai Tuan Investor
Tintamu sama gelapnya dengan para koruptor
Pun dengan segala tuturmu
Makin sumbang saat berhadapan dengan para gladiator
Janji manusiakan manusia pada kulimu
Riuh kau berkoar muak kumendengar
Kami memang tak punya pilihan
Menghamba pada pemilik investasi tak manusiawi
Kami menjadi budak di negeri sendiri
Negeri gemah ripah lohjinawi
Namun hanya dalam mimpi kami
Betapa Engkau lupa, Tuan!
Tinta hitammu itu suatu kesaksian
Dimana paraf dan tanda tangan
Tercecer di tiap lembaran kertas SPJ
upah kami yang tak sepadan
Kapan Engkau naikkan upah kami, Tuan?
Mulut ini takkan pernah diam
Menuntut dan memperjuangkan
Nasib kami setara dengan dolar negerimu
Perlu Tuan tahu otak dan akal kami tak mudah engkau sumpal
Dengan upeti kepada penguasa negeri ini
Kami muak, Tuan!
Peluh kami kaujadikan tumbal pundi-pundimu
berkilau keemasan
Ini belum selesai para mafia bisnis dan pecundang
provokator intelek masih bersemayam di bawah MoU
Duhai cerminan apa ini
Kami telah menjadi budak di negeri sendiri
Menghamba pada Tuan yang tak tahu balas budi
Hargai peluh kami yang membanjir
Demi memutar roda perusahaan ini
Merdekakan kami secara lebih manusiawi
Setidaknya kami bisa makan nasi tiga kali sehari Seperti yang Tuan-Tuan alami selama ini
Makan minum dari keringat kami
Itulah kumpulan puisi yang cocok dibagikan saat memperingati Hari Buruh. Selamat Hari Buruh!
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: