Kamis, 21 NOVEMBER 2024 • 08:00 WIB

Mengenal Keindahan dan Keanggunan Geisha sebagai Simbol Budaya Jepang

Author

Mengenal Geisha Jepang

INDOZONE.ID - Melalui film Memoirs of a Geisha karya Arthur Golden, mengingatkan kita kepada seorang Geisha yang menjadi wanita penghibur.

Namun, seringkali penggambaran tentang mereka membuat keliru mengenai antara seorang geisha dan pelacur. Maka dari itu, kita perlu dalam mengenal apa itu Geisha?

Apa Itu Geisha?

Dalam bahasa Jepang, kata Geisha terbentuk dari 2 karakter yakni kanji (gei) yang berarti seni, dan (sha) yang berarti orang. Geisha secara harfiah diartikan sebagai "orang seni", karena para Geisha merupakan wanita penghibur yang profesional memiliki kemampuan untuk melayani pelanggan dengan bakatnya yaitu bernyanyi, menari dan memainkan alat musik, seperti samisen sejenis kecapi.

Namun tidak hanya itu, para Geisha juga memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan mereka sangat mahir dalam merangkai bunga-bunga, kaligrafi, permaian, serta dalam menyajikan makanan dan minuman.

Seorang yang ingin menjadi Geisha akan dilatih secara intensif dari usia yang muda.

Baca Juga: Pesona dan Peran Tersembunyi Oiran, Geisha Kelas Atas Penjaga Budaya Jepang

Asal Usul Geisha

Geisha pertama kali muncul sekitar tahun 1730. Pada awalnya, peran ini bukan diisi oleh seorang wanita, namun pria yang dikenal sebagai Taikomochi atau Hōkan.

Lalu 20 tahun kemudian, munculah Geisha wanita yang mulai menggantikan peran pria dalam profesi tersebut pada akhir abad ke-18.

Awalnya, Geisha berperan sebagai asisten untuk Oiran yang merupakan pelacur kelas atas di kawasan hiburan, seperti Edo dan Kyoto selama periode Edo.

Para Oiran pada saat itu mulai khawatir jika para Geisha akan merebut pasangan mereka, sehingga mereka dilarang untuk menjalin hubungan pribadi dengan tamu. Bahkan mereka dilarang untuk berbicara atau berada di dekat para pelanggan.

Namun seiring waktu, pengunjung mulai lebih tertarik dengan Geisha. Pada awal abad ke-19, Geisha mulai menggantikan Oiran sebagai pusat hiburan.

Selama periode Meiji (1868-1912), popularitas Geisha meningkat seiring dengan peran mereka dalam acara sosial penting, seperti perjamuan untuk perusahaan dan pejabat.

Jumlah Geisha pada 1920-an, ada sekitar 80.000 di seluruh Jepang. Namun dengan munculnya perang dan perubahan sosial, status dan pada saat itulah peran Geisha mulai terancam.

Pasca Perang Dunia II, Geisha menghadapi perubahan yang besar akibat Amerika. Banyak tentara yang salah paham dan menganggap wanita yang mengenakan Kimono adalah Geisha, Padahal yang sebenarnya mereka adalah pemuas hasrat yang meniru penampilan Geisha untuk menarik para tentara.

Sehingga hal ini menyebakan Geisha sering dikaikan dengan prostitusi, dan banyak distrik Geisha yang tutup hingga membuat mereka beralih ke pekerjaan lain karena kesulitan ekonomi.

Pelatihan Geisha

Dari itu semua, untuk menjadi seorang Geisha tidaklah mudah. Mereka biasanya dimulai sejak usia muda, di mana mereka tinggal di rumah Geisha yang biasa disebut Okiya atau Ochaya yang terletak di Hanamachi.

Di sana mereka akan dikenal sebagai Shikomi-san, akan dilatih mulai dari keterampilan seni seperti bernyanyi, menari, memaikan Fue, Shimedaiko, Shamisen, Koto, serta Kotsuzumi.

Ada 3 tahapan dalam pelatihan Geisha, yaitu:

Shikomi: tahap pertama di mana mereka diajarkan pekerjaan rumah tangga dan dasar seni.

Minarai: tahap kedua di mana mereka akan menghadiri jamuan dan belajar bagaimana memperlakukan pelanggan dengan benar secara langsung.

Maiko: ini tahap di mana mereka akan berinteraksi langsung dengan pelanggan.

Pelatihan ini akan berlangsung selama 5 tahun sebelum menjadi Geisha.

Baca Juga: Momo Geisha Pakai Gaun Selutut di Gurun Pasir, Kulit Putihnya Jadi Sorotan: Kirain Stoking

Riasan Geisha

Tidak lepas dari itu semua, penampilan dan busana Geisha yang menjadi ciri khas para Geisha.

Riasan geisha, yang dikenal dengan Oshiroi atau Shironuri, di mana mereka mengecat wajah mereka dengan warna putih. Hal itu dilakukan karena pada masa itu Jepang tidak memiliki listrik dan masih menggunakan lilin khusus.

Abura yang dioleskan ke wajah hingga leher untuk menyiapkan kulit. Sebelum mengaplikasinya dengan bedak putih Kona Oshiroi, riasan ini memberikan penampilan halus.

Setelah itu Geisha akan menambahkan warna merah muda di area tertentu dan menggambarkan dua garis di bagian belakang lehernya yang disebut dengan Eriashi.

Jika untuk acara khusus, akan ditambahkan tiga garis yang dikenal dengan Sanbonashi. Setelah itu alis dan kelopak mata akan diberi garis hitam, dan langkah terakhir yaitu pengaplikasian lipstik merah tua yang disebut Beni.

Meskipun demikian, penampilan fisik mereka tetaplah penting. Geisha mengenakan Kimono sutra yang rumit dengan sandal kayu Okobo, lalu gaya rambut yang dihias dengan hiasan musiman yang mencerminkan hubungan budaya Jepang dengan alam.

Keanggunan mereka tercermin bukan hanya melalui penampilan fisik saja, para Geisha juga diajarkan etika dalam bersikap, cara berjalan dan berinteraksi dengan menjaga sopan santun.

Geisha memiliki peran dan tugasnya untuk menjadi penghibur profesional yang terampil dalam seni tradisional Jepang. Mereka mampu menciptakan penampilan yang hangat, sehingga membuat suasana lebih intim.

Para Geisha juga bertugas untuk menjaga kesopanan dengan mengajarkan tradisi-tradisi kuno melalui penampilan mereka berinteraksi dengan para pelanggan.

Dengan kecerdasan mereka dalam berkomunikasi, mereka sering berinteraksi dengan pejabat, samurai, bahkan cendekiawan. Sehingga mereka juga tampil untuk menghibur pertunjukan publik, mengikuti festival.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Geisha memainkan peran penting dalam melestarikan dan menyebarkan kebudayaan di Jepang.

Geisha lebih dari sekedar penghibur, mereka adalah symbol dari kecantikan, kesopanan yang menjadi ciri khas budaya Jepang.

Geisha dianggap sebagai simbol keindahan dan keanggunan budaya Jepang. Meskipun tidak mudah untuk menjadi Geisha dengan tantangan yang harus mereka hadapi, mereka tetap beradaptasi.

Sebagai seniman, Geisha mempertahan tradisi melalui tarian, musik, dan upacara teh, dengan memberikan sentuhan seni.

Geisha juga berperan dalam memperkenalkan budaya Jepang kepada dunia, meskipun seringkali dihubungkan dengan stereotip yang salah.

Namun, dengan penampilan mereka dan kesetiaannya terhadap tradisi, menjadi simbol keanggunan dalam budaya Jepang yang abadi.

 


Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Toki.tokyo