Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Fakta Tentang Kanker Paru-Paru yang Harus Kamu Ketahui! Screening dan Deteksi Dini sudah Ditanggung BPJS
INDOZONE.ID - Memperingati Bulan Peduli Kanker Sedunia, Roche Indonesia dan RS Persahabatan bersama CSIC mengadakan diskusi terkait akses pemeriksaan penyakit serius, kanker paru-paru yang belum difasilitasi BPJS.
Faktanya, kanker paru-paru adalah salah satu penyakit serius dengan angka kasus sebanyak 34.783 dan 30.483 diantaranya meninggal.
Angka tersebut diyakini akan terus meningkat hingga tahun 2030 sampai 43.900 bila pada diagnosisnya tidak disertai dengan peningkatan layanan kesehatan.
Menurut informasi terkini, 90% penderita kanker paru-paru mengunjungi dokter setelah mencapai tahap lanjut, menyebabkan keterlambatan dalam penanganan dan meningkatkan risiko kematian. Pentingnya pemeriksaan molekuler dalam menentukan terapi optimal untuk kanker paru-paru sangat ditekankan.
Baca Juga: Cek Imbauan Terbaru Kemenkes RI Soal Pneumonia, Akankah Menjadi COVID-19 Jilid 2?
Sesuai dengan pedoman pengelolaan nasional, pemeriksaan standar yang harus dilakukan melibatkan EGFR, ALK, PD-L1, dan ROS-1 untuk KPKBSK (kanker paru bukan sel kecil).
“Kanker paru merupakan kanker tertinggi ke-3 di Indonesia, namun memiliki angka kematian tertinggi. Roche berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam melakukan diagnosis dini kanker paru dan membantu dokter dengan keputusan klinis mengenai target terapi kanker untuk manajemen pasien yang lebih baik. Kami berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan terkait untuk mendorong akses yang lebih luas terhadap pasien kanker paru, memberikan mereka peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.” ujar Director, Diagnostics Division, PT Roche Indonesia, Lee Poh-Seng.
Mendeteksi kanker paru sejak dini membuat pengobatannya semakin mudah dilakukan. Ini memungkinkan keselamatan pasien lebih tinggi.
Dokter akan menentukan terapi dan obat terbaik untuk pasiennya dalam menangani kanker paru setelah dilakukannya proses tatalaksana tersebut.
Baca Juga: 5 Cara Mudah Meniruskan Pipi Tembem Tanpa Operasi
Alur pemeriksaan yang ditanggung BPJS bisa diikuti pasien pun cukup sederhana, yakni dengan datang ke Puskesmas maupun Klinik yang terafiliasi dengan BPJS.
Adapun, pemeriksaan wajib yang ditanggung BPJS untuk saat ini masih terbatas, yakni hanya EGFR namun terbatas pada jenis sel tertentu. Sementara prosedur pemeriksaan seperti ALK, PD-L1, ROS-1 belum dijamin.
Dalam pemeriksaan tersebut, diketahui 40-50% orang Indonesia positif EGFR yang mana 50% pasien BPJS lainnya belum diketahui mutasi apa yang teridentifikasi sehingga kemungkinan besar kelompok tersebut belum mendapatkan terapi yang sesuai, berujung pada ancaman angka kematian yang lebih tinggi.
Ibu Megawati Tanto, Koordinator Kanker Paru dari Cancer Information & Support Center (CISC), dan Prof. Dr. Hasbullah Thabrany, Ketua Indonesia Health Economic Association (InaHEA), tidak hanya menyoroti urgensi pemeriksaan menyeluruh dalam mendiagnosis dan menentukan terapi yang tepat untuk penderita kanker paru.
Tetapi, mereka juga menekankan peran penting peningkatan ketersediaan pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) di Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi beban biaya.
Upaya Pencegahan Penyakit Serius, Tekan Angka Kematian Kanker Paru
Transformasi Layanan Sekunder sebagai pilar pertama Kemenkes, di mana dalam rencananya setiap provinsi punya kompetensi khusus dalam menangani perawatan penyakit serius, termasuk kanker.
Pilar ini bertujuan untuk memperkuat upaya promosi dan preventif guna meningkatkan jumlah individu yang sehat, meningkatkan proses skrining kesehatan, dan memperluas kemampuan layanan kesehatan primer.
Hal ini dilakukan karena banyaknya pasien yang antre di rumah sakit besar akibat rumah sakit daerah mereka tidak memiliki peralatan yang cukup memadai untuk memberikan tindakan.
Deteksi dini bisa dilakukan dengan screening paru-paru, melalui medical check up yang sudah tersedia di RS Persahabatan.
Deteksi dini bisa dilakukan secara mandiri dengan datang ke Puskesmas dan bila menemukan risiko kanker paru maka akan langsung dirujuk ke dokter spesialis paru. Ini dapat dimanfaatkan dengan asuransi BPJS.
Screening dan deteksi dini pun menjadi langkah preventif untuk mengurangi angka kematian akibat kanker paru-paru.
Faktor Risiko Terkena Penyakit Kanker Paru dan Deteksi Dini
Selain merokok, banyak faktor lainnya yang menjadi penyebab kanker paru, seperti faktor lingkungan, bekerja di area karsinogen, genetik, dan gaya hidup.
Faktanya, penyakit kanker sendiri merupakan penyakit yang sangat lambat mutasinya. Butuh waktu 10 tahun untuk sampai pada penyakit tersebut menjadi serius dan berakhir pada stadium lanjut.
Oleh karenanya, perlu deteksi dini agar penyakitnya lebih mudah disembuhkan. Apabila dalam keluarganya memiliki riwayat kanker paru, maka akan lebih rentan terkena.
Lewat pemeriksaan molekuler, maka akan memungkinkan untuk mendeteksi adanya kanker paru sehingga dokter dapat menentukan obat terbaik bagi para pasien.
Upaya meningkatkan upaya hidup dari kanker paru:
1. Screening dilakukan pemeriksaan pada orang yang belum memiliki gejala namun sudah memiliki risiko penyakit.
Program screening ini bisa dilakukan oleh usia 45-71 tahun, riwayat perokok aktif/pasif, atau yang sudah berhenti merokok selama 15 tahun terakhir.
2. Deteksi dini dilakukan pemeriksaan bagi pasien dengan gejala untuk dapat dirujuk ke spesialis. Apabila skor pemeriksaan mencapai lebih dari angka 11, pasien akan dirujuk ke rumah sakit spesialisas kanker.
3. Pemberian terapi yang optimal
Memberi obat yang spesifik. Dengan molekuler, pasien akan mendapatkan obat tercocok untuk meningkatkan survival time.
Gejala kanker paru-paru pun perlu diperhatikan, mulai dari batuk kronik (dialami 2-3 minggu), sesak napas, hingga nyeri dada.
Kepala Pelayanan Medik RSUP Persahabatan dr. Erlang Samoedro, SpP(K) mengatakan bahwa pemeriksaan molekuler dengan PCR untuk mendeteksi mutasi gen dapat pemilihan terapi lanjutan yang tepat.
“Pemeriksaan molekuler dengan PCR untuk deteksi mutasi gen dan pemeriksaan menggunakan metode Imunohistokimia (IHK) untuk melihat ekspresi protein dapat membantu dalam pemilihan terapi lanjutan yang tepat. Sebagai upaya untuk penegakan diagnosis kanker paru, RSUP Persahabatan bekerjasama dengan Roche Indonesia menyediakan pemeriksaan ALK dan PD-L1 dengan metode Imunohistokimia (IHK) secara cuma-cuma, dan saat ini telah melayani 30–50 pemeriksaan dalam sebulan. Tentunya, pemeriksaan tersebut dapat membantu pasien untuk mendapatkan diagnosis yang terstandar sehingga pengobatan pun lebih cepat dan tepat."
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators