INDOZONE.ID - Ikan buntal, dikenal juga sebagai blowfish atau pufferfish, terkenal dengan kelezatannya yang diiringi bahaya mematikan.
Racun tetrodotoxin yang terkandung dalam ikan ini 1.200 kali lebih beracun daripada sianida, menjadikannya salah satu makanan paling berbahaya di dunia.
Mengapa Ikan Buntal Beracun?
Racun tetrodotoxin pada ikan buntal berasal dari bakteri yang mereka konsumsi, seperti cyanobacteria dan dinoflagellata.
Racun ini terakumulasi di bagian tubuh tertentu, seperti hati, usus, dan ovarium, dan tidak dapat dihilangkan dengan proses memasak.
Baca Juga: Hati-hati! Simak Racun Mematikan di Balik Cantiknya Bunga Tahi Ayam
Racun ini menyerang sistem saraf, menyebabkan kelumpuhan otot, dan bisa berakibat fatal dalam beberapa jam.
Gejala Keracunan Ikan Buntal
Gejala keracunan biasanya muncul dalam 30 menit hingga 3 jam setelah konsumsi, dan dapat meliputi:
- Mati rasa dan kesemutan di sekitar mulut dan wajah
- Mual, muntah, dan diare
- Pusing dan sakit kepala
- Kelumpuhan otot
- Kesulitan bernapas
- Gagal jantung
- Kematian
Baca Juga: Efek Racun Arsenik yang Dipakai Pria Magelang Bunuh Keluarganya, Tak Berasa tapi Mematikan
Mengingat bahayanya, konsumsi ikan buntal sangat tidak dianjurkan. Berikut beberapa langkah pencegahan:
- Jangan mengonsumsi ikan buntal, meski dimasak oleh ahli. Racun tetrodotoksin tidak bisa dihilangkan dengan proses memasak.
- Laporkan penjualan dan konsumsi ikan buntal kepada pihak berwenang.
- Edukasi diri dan orang lain tentang bahaya ikan buntal.
Ikan buntal adalah hidangan yang sangat berbahaya dan tidak sebanding dengan risikonya.
Nikmati hidangan laut lain yang jauh lebih aman dan tinggalkan sensasi mematikan ikan buntal untuk cerita dan bukan untuk konsumsi.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Gramedia.com