Minggu, 12 MEI 2024 • 07:45 WIB

Sejarah Wabah Flu Babi (H1N1) yang Merebak di Seluruh Dunia Tahun 2009

Author

Virus Flu Babi (N1H1) (ndtv.com)

INDOZONE.ID - Flu babi, atau yang dikenal juga sebagai swine influenza, merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza.

Virus flu pertama yang diisolasi dari babi adalah influenza A H1N1 pada tahun 1930. Virus ini kemudian merebak secara cepat hingga menjadi pandemi di tahun 2009.

1. Asal Mula Pandemi dan Berakhirnya Flu Babi (H1N1)

Flu babi (medicalnewstoday.com)

Pada bulan April 2009, para peneliti menemukan varian baru dari virus H1N1. Varian ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat.

Virus ini menyebar dengan cepat di seluruh Amerika Serikat dan di berbagai belahan dunia. Penyebaran yang cepat ini dikarenakan virus tersebut merupakan jenis virus flu yang baru.

Orang dengan usia muda belum memiliki kekebalan terhadap virus baru ini. Namun, orang lanjut usia cenderung memiliki beberapa tingkat kekebalan terhadap virus tersebut. Mereka mungkin telah terpapar oleh varian lama dari H1N1 yang telah melindungi mereka sebelumnya.

Varian baru dari flu babi ini telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Setidaknya 150.000 orang meninggal dunia akibat virus ini. Dari jumlah tersebut, delapan puluh persen adalah mereka yang berusia di bawah 65 tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pandemi ini berakhir pada bulan Agustus 2010. Meskipun begitu, manusia masih berpotensi terkena dan menularkan H1N1.

Hal ini karena H1N1 merupakan salah satu jenis virus flu musiman yang bisa menyebabkan penyakit, rawat inap, dan kematian.

Baca Juga: Flu Babi Baru Bisa Jadi Pandemi, Ini Penyebabnya

2. Gejala dan Penularan

Penularan flu babi (cdc.gov)

Sejak tahun 1930-an, tiga subtipe virus flu lainnya juga telah diisolasi dari babi, termasuk H1N2, H3N1, dan H3N2. Kemunculan H3N2 pada babi terjadi pada akhir tahun 1990-an dan diduga berasal dari manusia.

Meskipun virus influenza babi mirip dengan virus influenza yang beredar di antara manusia, virus babi memiliki antigen yang berbeda (molekul yang memicu respons kekebalan tubuh).

Antara 25 dan 30 persen babi di seluruh dunia membawa antibodi terhadap virus influenza babi, yang menunjukkan bahwa hewan-hewan ini telah terpapar flu babi. Penyakit ini adalah proses endemik pada babi di Amerika Serikat, dan di beberapa wilayah negara tersebut lebih dari 50 persen babi membawa antibodi terhadap virus influenza babi.

Infeksi dengan salah satu virus ini menyebabkan penyakit mirip flu pada babi, yang biasanya terjadi pada musim gugur dan awal musim dingin. Gejala infeksi meliputi batuk, demam, dan keluarnya lendir dari hidung, dan penyakit ini umumnya berlangsung sekitar seminggu.

Virus menyebar dengan cepat di antara babi dan dengan mudah menyebar ke burung dan manusia yang berkontak dengan babi atau makanan atau tempat tidur yang terkontaminasi, atau yang menghirup partikel yang terinfeksi di udara.

Manusia yang terinfeksi virus influenza babi mengalami demam dan gejala pernapasan ringan, seperti batuk, pilek, dan sesak napas. Beberapa orang mengalami diare, menggigil, dan muntah. Virus influenza babi jarang menyebabkan kematian pada manusia.

Baca Juga: Indonesia Masih Negatif Covid-19, Kemenkes Lebih Khawatirkan Flu Babi

3. Pengobatan dan Pencegahan

Tindakan Pencegahan Flu Babi (diabetes.co.uk)

Tidak ada obat khusus yang tersedia untuk flu babi pada babi. Hanya dengan memberikan lingkungan yang bersih dan kering pada babi serta menjaga babi yang terinfeksi terpisah dari babi yang sehat merupakan pendekatan penting dalam mengendalikan penyakit ini.

Pada banyak kasus, antibiotik diberikan untuk mencegah munculnya infeksi bakteri. Wabah flu babi pada babi dapat dicegah melalui vaksinasi terhadap virusnya.

Penyebaran virus di antara babi juga dapat dikendalikan melalui praktik sanitasi, seperti membersihkan area yang ditempati oleh babi yang terinfeksi, membuang tempat tidur yang terkontaminasi, dan mencuci tangan setelah menangani hewan yang terinfeksi.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Cdc.gov, Britannica.com