INDOZONE.ID - Belakangan ini, jasa joki Strava menjadi topik yang viral dan ramai dibicarakan oleh warganet di media sosial. Jadi, apa sebenarnya joki Strava dan seperti apa sih jasanya?
Baca Juga: Survei Mindful Eating Ungkap 47% Orang Indonesia Lampiaskan Stres dengan Makanan
Dalam konteks ini, joki Strava mengacu pada seseorang yang menjalankan tugas atau aktivitas olahraga atas nama orang lain, mirip dengan kata penunggang atau orang yang mengerjakan ujian untuk orang lain dengan menyamar sebagai peserta ujian asli dan menerima bayaran.
Strava sendiri adalah aplikasi yang menyediakan layanan pelacakan hasil olahraga dan kebugaran tubuh. Nama "Strava" berasal dari bahasa Swedia yang berarti berjuang, dan aplikasi ini pertama kali diciptakan pada tahun 2009.
Baca Juga: Bayi di Sukabumi Meninggal Dunia Usai Imunisasi, Begini Kronologinya!
Dengan aplikasi Strava, pengguna dapat melacak rekor aktivitas seperti lari, mendaki, jalan kaki, ski, bersepeda, hingga renang menggunakan data GPS yang terekam di ponsel.
Selain merekam hasil olahraga, aplikasi ini juga memiliki fitur berbagi, memungkinkan pengguna untuk membagikan rekornya kepada teman-teman.
Baca Juga: Menurut Riset, Ada 5 Efek Positif Motoran Terhadap Kesehatan Mental
Strava menggabungkan teknologi modern, analisis big data, komputasi awan, komunitas, dan media sosial, menjadikannya salah satu aplikasi yang populer di kalangan warganet.
Jargon Strava, "Record. Sweat. Share. Kudos," yang berarti "Rekam, Berkeringat, Bagikan, Suka," mencerminkan tujuan aplikasi ini.
Joki Strava merujuk pada seseorang yang memberikan jasa untuk menggantikan orang lain menjalankan aktivitas olahraga tetapi tetap menggunakan akun milik pemohon jasa.
Baca Juga: Menurut Riset: Berkendara di Malam Hari Jadi Terapi yang Menenangkan untuk Kesehatan Mental
Fenomena joki Strava menjadi perbincangan hangat karena sebagian warganet menganggap jasa ini mendukung kebutuhan berlebihan seseorang untuk mendapatkan validasi dan pujian dari orang lain.
Hal ini sejalan dengan cuitan @fspradana di media sosial X yang mendapatkan 1.300 retweet dan 2.800 likes:
“Joki strava. Baru denger. Akibat dari olahraga cuma FOMO dan mencari pengakuan sosial. Padahal olahraga yg terbaik adalah yg dilakukan”
Ia berpendapat bahwa joki Strava adalah akibat dari perasaan cemas ketinggalan momen-momen yang sedang tren, atau yang dikenal dengan istilah FOMO (Fear Of Missing Out).
Baca Juga: IJN Malaysia Berhasil Tangani Pasien dengan Ritme Jantung Abnormal, Pertama di ASEAN!
Di sisi lain, rekor olahraga di Strava seharusnya mencerminkan stamina dan kesehatan serta kebugaran pemilik akun.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: X @fspradana