Kenapa Pria Kalau Demam Penuh Drama dan Merasa seperti Mau Mati? Ternyata Ini Dia 5 Penjelasan Ilmiahnya!
INDOZONE.ID - Pernah mendengar istilah "man flu"? Istilah ini sering digunakan dalam budaya populer untuk menggambarkan situasi di mana laki-laki atau pria merasa sangat lemah atau seakan-akan “seperti mau mati” ketika mengalami demam atau flu.
Meskipun fenomena ini sering kali dijadikan bahan candaan atau dianggap sebagai stereotip dan terlalu drama, ada beberapa penjelasan ilmiah yang mendukung mengapa laki-laki mungkin lebih menderita ketika sakit.
Baca Juga: Virus Oropouche, Penyakit Misterius seperti Demam Berdarah di Amerika Selatan
Berikut adalah lima alasan yang menjelaskan fenomena "man flu" dari sudut pandang ilmiah seperti dilansir dari Healthline berjudul Man Flu: Is It Real or Just a Joke?:
1. Testosteron dan Sistem Kekebalan Tubuh
Salah satu faktor utama yang bisa menjelaskan perbedaan ini adalah hormon testosteron. Testosteron, yang dominan pada laki-laki, diketahui dapat menekan respons sistem kekebalan tubuh.
Ini berarti bahwa laki-laki mungkin memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam melawan infeksi seperti flu, yang menyebabkan gejala yang dirasakan bisa lebih parah.
Berbeda dengan laki-laki, perempuan memiliki hormon estrogen yang cenderung memperkuat sistem kekebalan tubuh, sehingga mereka mungkin lebih mampu menahan gejala yang sama.
2. Estrogen sebagai Pelindung Sistem Kekebalan
Di sisi lain, estrogen yang lebih banyak terdapat pada perempuan memiliki efek perlindungan terhadap sistem kekebalan tubuh.
Estrogen dapat membantu meningkatkan respons imun terhadap infeksi, yang menjadikan perempuan lebih tahan terhadap gejala penyakit seperti flu.
Perbedaan hormon ini bisa menjadi alasan mengapa perempuan mungkin terlihat lebih kuat atau lebih cepat pulih saat mereka sakit dibandingkan dengan laki-laki.
3. Perbedaan Persepsi dan Pengalaman Gejala
Selain faktor biologis, persepsi tentang sakit juga berperan. Laki-laki mungkin lebih cenderung melaporkan atau menunjukkan gejala yang lebih parah karena mereka merasakan sakit dengan cara yang berbeda.
Baca Juga: Oropouche: Penyakit Baru yang Mirip Demam Berdarah, Apa Bedanya?
Dalam beberapa kasus, laki-laki mungkin kurang terbiasa dengan rasa tidak nyaman yang datang dengan sakit karena perbedaan dalam pengasuhan atau pengalaman hidup, sehingga ketika mereka merasakan gejala flu, mereka mungkin menanggapinya dengan lebih dramatis.
4. Pengaruh Budaya dan Sosial
Budaya juga memainkan peran dalam fenomena ini. Dalam banyak budaya, laki-laki diajarkan untuk tidak menunjukkan kelemahan atau mengeluh tentang rasa sakit, tetapi ketika mereka benar-benar sakit, ekspektasi ini bisa terbalik.
Ketika laki-laki akhirnya mengakui bahwa mereka merasa tidak enak badan, mereka mungkin mengekspresikan ketidaknyamanan itu dengan cara yang lebih intens, yang kemudian dilihat sebagai "man flu.
5. Faktor Psikologis dan Stres
Stres juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan gejala penyakit. Laki-laki yang mengalami tingkat stres yang tinggi mungkin merasakan gejala flu dengan lebih berat karena sistem kekebalan mereka sudah terbebani.
Baca Juga: 5 Perbedaan Malaria dan Demam Berdarah yang Sering Dianggap Serupa
Selain itu, kelelahan fisik dan mental dapat memperburuk gejala penyakit, membuatnya tampak lebih parah daripada yang sebenarnya.
Kesimpulan
Fenomena "man flu" bukan hanya sekadar stereotip, tetapi memiliki dasar ilmiah yang menjelaskan mengapa laki-laki mungkin merasa lebih menderita saat mengalami flu atau demam.
Perbedaan hormon, persepsi, budaya, dan faktor psikologis semuanya berperan dalam bagaimana laki-laki dan perempuan merespons penyakit.
Meskipun respons terhadap penyakit sangat individual, pemahaman ini bisa membantu kita untuk lebih simpatik terhadap mereka yang mungkin merasa lebih menderita saat sakit, terlepas dari jenis kelamin mereka.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Healthline