Selasa, 22 OKTOBER 2024 • 18:05 WIB

Apakah Aman Minum Antidepresan saat Hamil? Ini Penjelasannya

Author

Ilustrasi ibu hamil minum antidepresan. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Masa kehamilan adalah waktu yang dapat mengubah fisik maupun mental.

Perubahan ini bisa memicu atau memperburuk kondisi kesehatan mental, seperti depresi.

Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah penggunaan antidepresan selama kehamilan aman untuk janin.

Berikut beberapa penjelasannya:

Depresi Saat Hamil: Kondisi yang Tidak Boleh Diremehkan

Ilustrasi seorang ibu sedang mengalami depresi. (freepik.com)

Kehamilan sering kali dianggap sebagai masa yang membahagiakan, tetapi kenyataannya tidak selalu demikian.

Banyak wanita mengalami tekanan emosional, kecemasan, dan perubahan suasana hati selama masa kehamilan.

Depresi yang terjadi saat hamil, atau dikenal sebagai depresi antenatal, dapat memengaruhi kesehatan ibu serta perkembangan janin.

Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan malnutrisi, penyalahgunaan zat, hingga munculnya pikiran untuk bunuh diri.

Selain itu, depresi yang tidak diobati juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan gangguan perkembangan pada bayi.

Menurut Dr. Chetna Jain, Direktur Obstetri & Ginekologi di Cloudnine Group of Hospitals, Gurgaon, depresi selama kehamilan cukup umum terjadi.

Ia menyebutkan bahwa banyak ibu hamil merasa tertekan akibat perubahan hormon, kecemasan terkait menjadi ibu, serta ketidaknyamanan fisik.

Jika depresi parah tidak diobati dengan baik, dampaknya bisa bertahan lama pada ibu dan anak.

Baca Juga: Benarkah Terlalu Banyak Makan Protein Mempengaruhi Kehamilan? Ini Penjelasannya

Antidepresan dan Risiko untuk Janin

Ilustrasi antridepresan. (freepik.com)

Salah satu jenis antidepresan yang paling umum diresepkan untuk wanita hamil adalah Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs).

Obat-obatan seperti fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), dan citalopram (Celexa) sering dianggap lebih aman dibandingkan jenis antidepresan lainnya.

Namun, seperti semua obat, SSRIs juga memiliki risiko.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan SSRIs pada trimester pertama kehamilan sedikit meningkatkan risiko terjadinya cacat lahir, seperti cacat jantung.

Namun, risiko ini relatif kecil. Sebagian besar penelitian mendukung bahwa risiko dari penggunaan SSRIs sangat minim dan sering kali lebih rendah dibandingkan risiko depresi yang tidak diobati.

Selain itu, bayi yang terpapar SSRIs saat dalam kandungan mungkin mengalami sindrom adaptasi neonatal.

Kondisi ini menyebabkan bayi mengalami gejala seperti mudah marah, kesulitan makan, atau masalah pernapasan.

Meski demikian, gejala ini biasanya hilang dalam beberapa hari hingga minggu, dan tidak menyebabkan masalah jangka panjang.

Baca Juga: 8 Cara Mengenali Tanda Kehamilan Saat Mengalami Menstruasi Tidak Teratur

Bahaya Depresi yang Tidak Diobati Selama Kehamilan

Ilustrasi depresi

Sementara risiko antidepresan sering dibicarakan, penting juga untuk memahami bahaya depresi yang tidak diobati selama kehamilan.

Wanita yang mengalami depresi berat mungkin kesulitan merawat diri, melewatkan pemeriksaan kehamilan, atau terlibat dalam kebiasaan buruk seperti merokok atau penyalahgunaan zat, yang bisa berbahaya bagi janin.

Depresi yang tidak diobati juga bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur, berat badan bayi yang rendah, serta kesulitan dalam menjalin ikatan dengan bayi setelah lahir.

Dr. Jain menekankan bahwa dampak dari depresi yang tidak diobati bisa lebih serius dibandingkan dengan risiko yang terkait penggunaan antidepresan.

Kesehatan mental ibu sangat mempengaruhi perkembangan anak, sehingga menangani depresi selama kehamilan sangatlah penting.

Menggunakan Antidepresan dengan Aman Selama Kehamilan

Ilustrasi antridepresan yang dikonsumsi selama kehamilan. (freepik.com)

Untuk wanita hamil yang membutuhkan antidepresan, tujuan utama adalah menyeimbangkan antara mengobati depresi dan meminimalkan risiko bagi bayi.

Biasanya, dokter akan meresepkan dosis terendah yang efektif dan mungkin menghentikan obat beberapa saat sebelum persalinan untuk mengurangi risiko sindrom adaptasi neonatal.

Dalam beberapa kasus, dokter akan merekomendasikan jenis antidepresan lain yang memiliki tingkat keamanan lebih baik.

Penting bagi ibu hamil untuk bekerja sama dengan dokter kandungan dan psikiater mereka dalam merencanakan pengobatan yang tepat. 

Demikian beberapa penjelasan mengenai aman tidaknya mengonsumsi antidepresan selama kehamilan.

Memutuskan melanjutkan penggunaan antidepresan selama kehamilan bukanlah keputusan yang mudah dan harus didiskusikan secara mendalam dengan tenaga medis.

Prioritas utama adalah menjaga kesehatan mental ibu dan perkembangan janin.

Meskipun antidepresan memiliki risiko, dampak dari depresi yang tidak diobati bisa jauh lebih berbahaya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Onlymyhealth.com