Jumat, 11 APRIL 2025 • 09:25 WIB

Vaksinasi Cacar di Pulau Jawa Abad 19: antara Pemerintah Kolonial dan Masyarakat Nusantara

Author

Vaksinasi cacar di Pulau Jawa abad ke-19

INDOZONE.ID - Vaksinasi yang kita kenal pada masa kini, ternyata pernah menjadi salah satu bagian dari usaha pemerintah kolonial dalam menangani penyakit cacar di Indonesia.

Kala itu, Pulau Jawa menjadi pulau yang mendapatkan perhatian khusus akan penanganan penyakit cacar di Indonesia.

Bermula pada tahun 1804, vaksinasi dimulai di Pulau Jawa dengan vaksin yang diproduksi di Jenewa yang dikirimkan ke Pulau Isle de France, kemudian dikirimkan kembali ke Batavia menggunakan transportasi laut. Program vaksinasi cacar di Pulau Jawa berlanjut hingga abad ke-20.

Penyakit Cacar diyakini pertama kali masuk di Jawa pada tahun 1644 di Batavia.

Baca Juga: Kasus Dengue di Sumut Meningkat, Yuk Jangan Lupa 3M dan Vaksinasi!

Pada abad 19, penyakit cacar mulai ditangani serius oleh Pemerintah Kolonial sebab penyakit ini membawa pengaruh besar terhadap berbagai aspek seperti ekonomi, politik, sosial, dan lainnya.

Pemerintah Kolonial kemudian menyediakan Variolasi dan vaksinasi yang menjadi bentuk upaya penanganan cacar di Pulau Jawa.

Namun, teknik variolasi menyebabkan naiknya tingkat kematian yang membuat variolasi diganti dengan vaksinasi pada sekitar tahun 1804 di Jawa.

Vaksinasi kemudian dirancang sebagai penyuntikan besar-besaran sebagai bentuk proyek besar pada masa gubernur jendral Raffles.

Vaksinasi cacar di Pulau Jawa abad ke-19

Pada sekitar tahun 1804, vaksinasi secara terbatas dilakukan dengan melibatkan dokter Belanda sebagai vaksinator. Vaksinasi tersebut menargetkan para pejabat Belanda, orang-orang Eropa, serta orang-orang pribumi yang menjadi budak.

Salah satu permasalahan vaksin terjadi pada tahun 1807 di Batavia yang mengalami krisis vaksin. Kemudian Pemerintah kolonial Belanda mengupayakan ketersediaan vaksin dengan datang ke Surabaya untuk mendapatkan pasokan vaksin tambahan.

Setelah perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Inggris, terdapat kebijakan yang disesuaikan oleh Gubernur Jendral Raffles. Salah satu kebijakan yang berkaitan dengan vaksinasi cacar ditunjukan dengan dibentuknya badan vaksinator pribumi dari para kaum priyayi. Hal ini mampu mengatasi keterbatasan tenaga vaksinator dalam melakukan vaksinasi.

Baca Juga: Jangan Lengah! Cegah Kanker Serviks dengan Vaksinasi dan Terapkan Pola Hidup Sehat

Pada tahun 1816, Pulau Jawa kembali dikuasai oleh Belanda dan mulai tersedia pelatihan vaksinasi secara umum.

Pelatihan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal mantri cacar yang membantu masuknya pengobatan ke pelosok-pelosok desa. Ditambah dengan adanya keputusan pemerintah pada 2 Januari 1849 yang berisi penetapan 30 pemuda Jawa yang akan dididik menjadi tenaga bidang kesehatan dan vaksinator di beberapa Rumah Sakit Militer.

Tak hanya itu, pada tanggal 1 Januari 1852 dibangun Sekolah Dokter Djawa sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kolonial Belanda terhadap vaksinator pribumi. Hal-hal ini berdampak pada penurunan penyebaran wabah cacar.

 


Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Wabah Cacar Di Jawa Abad-19