Senin, 03 JULI 2023 • 10:54 WIB

Sering Dianggap Halu, Ternyata Kpopers dan Wibu Memiliki Kesehatan Mental Lebih Baik Menurut Penelitian

Author

Ilustrasi Kpopers dan Wibu.

INDOZONE.ID - Kpopers dan wibu sering kali mendapat pandangan sinis dari masyarakat, dengan stigma bahwa mereka terlalu halu, obsesif, dan fanatik. Namun, sebuah studi menarik membuktikan bahwa seorang wibu dan kpopers memiliki kesehatan mental lebih baik karena dapat meningkatkan tingkat kebahagiaan dirinya sendiri.

Mengutip KoreaTimes, penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of the Korean Society of School Health yang dipimpin professor Park Hyun-ju dari Kangwon National University beberapa waktu lalu.

Dalam penelitiannya, ia melibatkan partisipan dari mahasiswa di Korea yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu otaku dan non-otaku.

Istilah "otaku" berasal dari bahasa Jepang dan merujuk pada penggemar yang sangat antusias terhadap sesuatu, dan dalam bahasa Korea disebut "deokjil." Kelompok ini mencakup penggemar grup K-pop, anime, manga, game, action figure, dan hal-hal terkait lainnya.

Baca Juga: Siswa SD di Banyuwangi Bunuh Diri, Psikolog: Bullying Berdampak pada Kesehatan Mental

Ilustrasi para penggemar Kpop atau Kpopers

Mayoritas dari partisipan penelitian, sekitar 70 persen, dikategorikan sebagai non-otaku, sementara 30 persen sisanya dianggap sebagai otaku. Para peneliti kemudian mengukur tingkat kebahagiaan dari masing-masing kelompok dengan beberapa pertanyaan terkait perasaan mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim otaku mencatat skor kebahagiaan sebesar 43,17, sementara tim non-otaku hanya mencapai skor 40,21.

Selain itu, analisis kesehatan mental juga mengungkapkan bahwa kelompok otaku memiliki tingkat kemarahan dan kecemasan yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan kelompok non-otaku.

Ilustrasi seorang Wibu yang menikmati musik Jepang

Baca Juga: 7 Tips Cara Menjaga Kesehatan Mental Karyawan di Tempat Kerja

Dengan demikian, persepsi negatif yang menyatakan bahwa wibu dan K-popers sulit dalam bersosialisasi ternyata tidak sepenuhnya benar.

Sebaliknya, penelitian ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap kultur populer Jepang dan Korea justru dapat meningkatkan sosialisasi, karena mereka dapat dengan mudah menjalin hubungan dengan sesama penggemar yang memiliki minat dan kesukaan yang sama.

Stop kritisi hobi orang lain

Ilustrasi kelompok Otaku.

Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan dan kesehatan mental adalah pengalaman individu yang kompleks, dan faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial, dukungan emosional, dan faktor genetik juga dapat berperan penting dalam hal ini.

Baca Juga: Bukan Hanya Sekedar Komunikasi, Ngobrol dengan Teman Bisa Tingkatkan Kesehatan Mental Loh!

Dalam akhirnya, hobi dan minat apapun yang membawa kebahagiaan dan memberikan kesenangan pada seseorang adalah hal yang positif. Penting untuk menghormati minat dan hobi orang lain tanpa memberikan stigma negatif kepada mereka.

Setiap orang memiliki preferensi dan minat yang berbeda, dan yang terpenting adalah mencari kegiatan yang membawa kebahagiaan bagi diri sendiri tanpa merugikan orang lain.

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Koreatimes.co.kr