Kategori Berita
Media Network
Jumat, 01 NOVEMBER 2024 • 21:00 WIB

Inovasi Daur Ulang Limbah Tusuk Sate Bernama “Re-Skewer”, Bisa Jadi Sumber Daya Bermanfaat

Ilustrasi pengatasan limbah tusuk sate. (Handout)

INDOZONE.ID - Semua orang di kota besar setidaknya pernah menyicipi sate yang dikenal salah satu makanan ikonik dan kesukaan masyarakat Indonesia. Saking larisnya, tentunya sudah beberapa tusuk yang terjual, yang berimbas juga dengan penumpukan limbah tusuk sate.

Pada tahun 2022, tercatat sekitar 15.000 ton limbah tusuk sate dan sumpit sekali pakai dihasilkan setiap tahunnya, banyak di antaranya tidak dikelola dengan baik, seperti yang dikutip keterangan resminya. Kondisi ini menyebabkan masalah lingkungan yang serius dan berisiko di tempat pembuangan akhir.

Limbah tusuk sate sekali pakai kini menjadi sorotan di Jakarta. Selain memberikan kontribusi signifikan terhadap sampah di tempat pembuangan akhir, tusuk sate yang tajam dapat membahayakan petugas kebersihan selama proses pengangkutan, menciptakan tantangan dalam pengelolaan limbah kota.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Boolet, sebuah organisasi yang fokus pada pengelolaan limbah tusuk sate dan sumpit, mengidentifikasi bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai proses daur ulang menjadi salah satu penghambat.

Baca Juga: Manfaatkan Limbah Fashion, Mahasiswa UNY Buka Layanan EduGrowth: Apa Itu?

Menyadari pentingnya isu ini, Boolet meluncurkan program inovatif bernama “Re-Skewer”. Program ini bertujuan untuk mendidik, mempromosikan, dan mengajak para pedagang sate kaki lima, khususnya di Jakarta, untuk memahami betapa pentingnya mengelola limbah tusuk sate dengan aman dan efektif.

Ilustrasi pengatasan limbah tusuk sate. (Handout)

“Re-Skewer” hadir sebagai solusi konkret untuk masalah limbah tusuk sate yang selama ini terabaikan.

“Kami berharap inisiatif ini dapat menjadi langkah awal menuju perubahan positif dalam mendukung ekonomi sirkular di sektor kuliner Indonesia,” kata Cindy Susanto, CEO Boolet.

Salah satu fokus utama selama kampanye ini adalah mendorong pedagang sate untuk mengumpulkan tusuk sate sekali pakai yang mereka hasilkan. Setiap 1 kilogram limbah yang berhasil dikumpulkan dapat ditukarkan dengan ½ kilogram briket arang.

Langkah ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pedagang tentang tanggung jawab dalam mengelola limbah mereka. Dalam sehari, Boolet telah menukarkan 45 kilogram briket arang kepada para pedagang. Keberhasilan ini tidak hanya mengurangi volume limbah yang tidak terkelola, tetapi juga membantu mengurangi biaya operasional arang bagi mereka.

Baca Juga: Resmikan Pabrik Botol Daur Ulang, Ini Cara CCEP Bangun Awareness Mendaur Ulang Plastik

“Re-Skewer bukan hanya mengurangi limbah tusuk sate yang terbuang di TPA, tetapi juga memperkenalkan konsep ekonomi sirkular kepada para pedagang, di mana limbah dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat,” tambah Cindy Susanto.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Press Release

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Inovasi Daur Ulang Limbah Tusuk Sate Bernama “Re-Skewer”, Bisa Jadi Sumber Daya Bermanfaat

Link berhasil disalin!