Ilustrasi menulis motto skripsi
INDOZONE.ID - Dalam dunia akademik, penelitian yang berkualitas diakui dan disebarluaskan melalui publikasi ilmiah di platform seperti Scopus atau Web of Science.
Publikasi ini menjadi rujukan bagi akademisi lain untuk mengembangkan pengetahuan baru dan berkontribusi dalam berbagai bidang seperti teknologi, kesehatan, dan kebijakan publik.
Namun, di balik manfaat besar yang dapat diberikan oleh riset ilmiah, terselip tantangan yang belum sepenuhnya teratasi, yaitu bahasa ilmiah yang kompleks dan sulit dipahami masyarakat umum. Sebuah kesenjangan komunikasi yang mengakibatkan informasi penting yang seharusnya bisa dinikmati masyarakat, justru tersendat di lingkup akademisi saja.
Bahasa ilmiah, dengan segala kompleksitas terminologinya, telah menciptakan jarak antara sains dan publik. Hal ini sangat disayangkan, mengingat sebagian besar penelitian didanai oleh pemerintah atau lembaga yang bergerak untuk kepentingan publik.
Menurut van Dijck & Alinead (2020), publikasi ilmiah cenderung menggunakan istilah yang sulit dipahami, yang membuatnya kurang dapat diakses oleh masyarakat luas. Ini berarti, dalam banyak kasus, hasil penelitian yang seharusnya dapat dimanfaatkan masyarakat justru terhalang oleh "tembok bahasa."
Jika kita mempertimbangkan kebutuhan masyarakat untuk memahami ilmu pengetahuan, khususnya pada isu-isu yang relevan seperti perubahan iklim, kesehatan masyarakat, dan teknologi, jelas bahwa bahasa yang terlalu teknis dapat menjadi penghalang.
Penelitian Fahnestock (1986) menemukan bahwa gaya bahasa yang sangat formal dalam publikasi ilmiah sering kali dipertahankan demi mempertahankan kredibilitas dan otoritas ilmiah.
Sayangnya, langkah ini justru menambah kesulitan bagi masyarakat untuk mengakses dan memahami hasil penelitian.
Baca Juga: 5 Hal Penting yang Wajib Kalian Dipelajari saat Masuk Jurusan Jurnalistik
Bahasa ilmiah seolah menjadi bahasa "eksklusif" bagi komunitas akademik, membuat masyarakat luas merasa asing dengan ilmu pengetahuan yang sebenarnya sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya, sudah ada beberapa inisiatif di dunia yang mencoba menjembatani kesenjangan ini. Misalnya, The Conversation, sebuah platform yang menyajikan penelitian ilmiah dalam bahasa populer, bekerja sama dengan akademisi dan editor untuk menghasilkan artikel berbasis penelitian yang mudah dipahami.
Baca Juga: Menghargai Karya Jurnalistik, Gubsu Edy Sebut Baca Koran Sama dengan Baca Zaman
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan