Di era digital, peluang untuk menyampaikan informasi berbasis penelitian kepada publik semakin luas. Media sosial, seperti Twitter dan Instagram, dapat menjadi alat yang efektif untuk mengomunikasikan sains.
Konsep "Tweetorials" di Twitter, misalnya, memungkinkan para peneliti untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dalam bentuk yang lebih singkat dan ringkas, serta mudah dipahami oleh khalayak yang lebih luas.
Model komunikasi seperti ini menciptakan interaksi "many-to-many" yang memungkinkan masyarakat berinteraksi langsung dengan para peneliti, menciptakan dialog yang lebih dinamis dan meruntuhkan sekat-sekat antara ilmuwan dan masyarakat.
Tantangan berikutnya adalah bagaimana akademisi dapat dilatih untuk mengomunikasikan hasil penelitian mereka dengan lebih inklusif dan sederhana.
Pelatihan jurnalisme sains atau lokakarya komunikasi ilmiah bagi akademisi dapat membantu meningkatkan keterampilan mereka dalam menyampaikan hasil penelitian dengan bahasa yang mudah dipahami oleh publik.
Selain itu, pendekatan sosiolinguistik, seperti yang dijelaskan oleh Irwin & Wynne (1996), juga dapat menjadi panduan dalam menyesuaikan bahasa ilmiah dengan latar belakang sosial dan budaya audiens.
Di Indonesia, salah satu ide yang muncul adalah pengembangan SainsTalk yang ada di Fakultas Ilmu Sosial UM.
Platform ini akan didesain untuk menyajikan hasil penelitian dalam bahasa yang mudah dipahami dengan mempertimbangkan konteks sosial budaya masyarakat Indonesia. Dengan memanfaatkan media visual, infografis, dan video edukatif, SainsTalk akan menyediakan informasi berbasis riset secara akurat namun tetap dapat diakses oleh masyarakat luas.
Selain itu, platform ini dapat menjadi wadah untuk mempertemukan para akademisi dengan masyarakat melalui sesi tanya jawab interaktif dan diskusi publik.
Memahami sains bukan hanya hak eksklusif kaum akademisi; ini adalah hak setiap individu. Ketika masyarakat memahami sains, mereka akan lebih kritis terhadap informasi yang beredar, mampu menilai kebijakan publik dengan lebih baik, dan mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi di era misinformasi seperti sekarang ini, informasi ilmiah yang akurat dan mudah dipahami menjadi semakin penting.
Dengan langkah konkret seperti penyederhanaan bahasa, penyampaian informasi melalui media sosial, dan inisiatif-inisiatif seperti SainsTalk, kita dapat mendekatkan sains ke tengah masyarakat.
Ini bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan mereka.
Dunia akademik perlu lebih inklusif dalam mengomunikasikan hasil risetnya. Hanya dengan bahasa yang lebih sederhana dan akses yang lebih luas, kita dapat benar-benar memanfaatkan kekuatan ilmu pengetahuan untuk membangun masyarakat yang lebih kritis, cerdas, dan tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan