INDOZONE.ID - Generasi Z, atau biasa disebut Gen Z, merupakan anak muda yang tumbuh di zaman yang segalanya serba digital.
Mereka lahir di era di mana internet, media sosial, dan teknologi sudah jadi bagian dari hidup sehari-hari. Generasi ini dikenal kreatif, kritis, dan sangat menghargai keaslian.
Mereka cenderung terbuka dengan berbagai pandangan dan merasa nyaman dengan perbedaan. Buat mereka, identitas bukan sesuatu yang kaku, tapi bisa berubah sesuai perjalanan hidup.
Sebuah laporan dari IBM Institute for Business Value menyebutkan bahwa 60% Gen Z ingin bekerja dalam peran yang memungkinkan mereka mengekspresikan kreativitas mereka, sementara 44% percaya bahwa keaslian merek penting dalam memilih produk.
Baca Juga: Strategi untuk Gen-Z Agar Sukses di Tahun 2025
Gen Z punya rasa ingin tahu yang besar dan selalu ingin mencari kebenaran. Mereka suka mendengar berbagai sudut pandang dan sering memanfaatkan itu untuk membangun dialog.
Selanjutnya laporan dari Deloitte menunjukkan bahwa 84% Gen Z percaya bahwa keberagaman membuat masyarakat lebih baik dan mereka lebih menerima identitas dan pandangan berbeda dibanding generasi sebelumnya.
Ilustrasi Media Sosial Membentuk Cara Pikir Gen Z
Karena itu, mereka lebih toleran terhadap isu-isu seperti keberagaman agama, orientasi seksual, dan berbagai perbedaan lainnya. Gen Z percaya bahwa masalah bisa diselesaikan dengan berdiskusi, bukan saling menjatuhkan.
Dalam hal belanja, mereka lebih suka sesuatu yang punya makna. Misalnya, mereka cenderung membeli produk yang ramah lingkungan atau mendukung usaha kecil daripada sekadar membeli barang mewah.
Baca Juga: Ramai Konten POV Gen Z, Ini Dia 4 Alasan Mengapa Gen Z Mendapat Perhatian Lebih!
Bagi mereka, belanja adalah cara menunjukkan nilai yang mereka pegang, sekaligus mengekspresikan siapa diri mereka. Menurut laporan dari McKinsey, hampir 70% dari Gen Z bersedia membayar lebih untuk produk yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan.
Generasi ini juga sangat terhubung dengan komunitas. Mereka tidak membedakan antara hubungan online dan offline karena dua-duanya sama penting.
Lewat teknologi, mereka bisa membangun koneksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Dalam komunitas, mereka merasa bisa berbagi tujuan dan saling mendukung, tanpa memandang status sosial atau asal-usul.
Studi oleh EY Future Consumer Index menunjukkan bahwa Gen Z memiliki pendekatan pragmatis terhadap pekerjaan dan kehidupan, lebih fokus pada kolaborasi daripada konflik. Pragmatisme adalah ciri khas lain dari Gen Z. Mereka pandai bernegosiasi dan lebih memilih bekerja sama daripada berkonflik.
Meski mungkin tidak sepenuhnya setuju dengan suatu institusi, mereka tetap mencari jalan tengah agar bisa mencapai hasil yang baik untuk semua pihak.
Singkatnya, Gen Z adalah generasi yang menghargai keaslian, inklusivitas, dan fleksibilitas. Mereka melihat dunia sebagai tempat untuk bereksperimen dan menemukan jati diri.
Sikap ini memengaruhi cara mereka menjalani hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan orang lain. Generasi ini membawa energi baru yang bisa mengubah cara kita melihat masa depan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Mckinsey.com