INDOZONE.ID - Petani kopi di Tanggamus, Lampung, belajar banyak untuk menanam biji kopi pilihan dengan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Guna menciptakan sistem produksi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.
Lebih dari 2.000 petani kopi rakyat di Lampung melalui inisiatif RegenTa yang merupakan bagian dari Nescafé Plan 2030 mengimplementasikan program pertanian regeneratif atau ramah lingkungan. Hingga akhir 2024, secara global telah berhasil memperoleh 21,3% bahan baku utama dari petani yang menerapkan praktik pertanian regeneratif, yang melampaui target awal 20% pada 2025.
Dijelaskan Head of Sustainable Agri PT Nestlé Indonesia Syahrudi, praktik pertanian ramah lingkungan ini membantu petani meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan menciptakan sumber pendapatan tambahan melalui diversifikasi tanaman (agroforestry) dan peternakan yang sesuai dengan kondisi lokal.
“Petani kopi tidak hanya meningkatkan praktik pertanian mereka, tetapi juga mengembangkan keterampilan kewirausahaan yang membantu mereka mengelola bisnis pertanian mereka dengan lebih baik,” kata Syahrudi dalam acara Buka Puasa Bersama Media bertajuk “Perjalanan Sustainability Nestle Indonesia di 2024”.
Head of Sustainable Agri PT Nestlé Indonesia Syahrudi
Baca Juga: Wajah Semringah Petani Sayur Lokal Dapat Jaminan BPJS Ketenagakerjaan
Diungkapkan Syahrudi, manfaat dari praktik pertanian ramah lingkungan ini ternyata dapat membantu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 20,38% yang melampaui target sebesar 20% saja. Hal ini tentu menggembirakan, apalagi bahan utama kopi menjadi lebih berkualitas dan aman dikonsumsi.
“21,3% dari bahan utama kami sekarang diperoleh dari petani yang menerapkan praktik regenerative agriculture, melebihi target kami pada 2025 atau satu tahun lebih cepat,” bebernya.
Baca Juga: Sebanyak 225 Petani Kopi Dapat Pelatihan Olah Kopi, Agar Tidak Selalu Dimonopoli Tengkulak
Syahrudi menambahkan, walau sudah 30 tahun bekerja sama dengan petani lokal, tetapi tetap selalu melahirkan inovasi baru. Selain itu, berbagai tantangan seperti keterbatasan lahan juga dialami petani lokal.
“Namun yang menarik bukan hanya aspek kelanggengan kualitas dan sisi produktivitas dan efisiensi usaha, kita juga meyakinkan sisi pengelolaan lingkungan untuk petani ini menjadi perjalanan panjan dan mengikuti keinginan konsumen,” tambahnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung