Ilustrasi pernikahan di Jepang.
INDOZONE.ID - Di tengah perubahan gaya hidup dan pandangan terhadap relasi, Jepang mengalami tren pernikahan baru yang berbeda dari norma tradisional. Salah satu yang cukup menonjol adalah konsep pernikahan persahabatan, berikut penjelasannya.
Pernikahan persahabatan hadir sebagai alternatif pernikahan tradisional Jepang yang biasanya didasarkan pada cinta atau kebutuhan untuk membangun keluarga.
Dalam hubungan ini, pasangan menikah bukan karena cinta atau ketertarikan seksual, tapi karena ingin saling mendukung, berbagi tanggung jawab hidup, dan mendapatkan manfaat administratif seperti tunjangan sosial atau pengakuan hukum.
Salah satu pasangan yang memilih jalur ini adalah Satsuki dan Minato, dua orang berusia 30-an yang tinggal di wilayah Chugoku, Jepang bagian barat. Tiga tahun lalu, mereka sepakat menjalani pernikahan platonik Jepang, yakni hubungan pernikahan tanpa unsur seksual atau perasaan tapi tetap sah secara hukum.
Baca Juga: Pernikahan Unik di Boyolali, Tebar Ribuan Benih Ikan Sebagai Simbol Cinta dan Kehidupan Baru
Bagi sebagian orang, terutama mereka yang tidak memiliki ketertarikan seksual terhadap lawan jenis, pernikahan tanpa cinta di Jepang bisa menjadi solusi ideal. Seperti Satsuki, yang hanya tertarik pada sesama perempuan. Ia merasa nyaman menjalin kemitraan hidup dengan Minato tanpa tekanan untuk mencintai secara romantis.
Satsuki terinspirasi dari drama TV Jepang The Full-Time Wife Escapist yang tayang pada 2016.
Dalam serial tersebut, pernikahan digambarkan sebagai bentuk kontrak antara dua orang layaknya hubungan kerja bukan sekadar ikatan emosional. Pandangan ini membantunya melihat pernikahan dari sudut yang lebih rasional dan fleksibel.
Meski terdengar tak biasa, konsep pernikahan persahabatan aseksual Jepang ini makin diterima. Sebuah biro jodoh di Tokyo yang secara khusus menangani jenis hubungan ini mencatat lebih dari 300 pasangan telah menikah melalui layanan mereka dalam sepuluh tahun terakhir.
Pasangan seperti Satsuki dan Minato melihat bahwa pernikahan bukan hanya soal cinta atau gairah, tapi juga soal kenyamanan, keamanan, dan dukungan jangka panjang. Mereka merasa tidak perlu memaksakan diri untuk menjalani hubungan yang tidak sesuai dengan orientasi seksual atau keinginan pribadi.
Fenomena pernikahan platonik Jepang mencerminkan bagaimana masyarakat modern semakin terbuka terhadap bentuk-bentuk hubungan baru. Tidak semua orang merasa cocok dengan pola pernikahan konvensional, dan pernikahan persahabatan memberikan alternatif yang sah, aman, dan saling menguntungkan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Scmp.com