Puisi ini buat para buruh lapangan, yang kerja fisik tapi hatinya tetap lembut. Respect!
Pagi kami tak dimulai dengan kopi,
tapi dengan langkah terburu menuju pabrik.
Malam kami bukan waktu istirahat,
tapi waktu kedua untuk jadi ibu, bapak, dan pasangan.
Kami hidup dalam dua dunia,
dan dua-duanya minta kami untuk tetap kuat.
Puisi ini menyuarakan pekerja terutama buruh perempuan yang harus membagi diri antara pekerjaan dan rumah.
Jangan tanya kenapa kami masih bertahan,
meski hidup terasa sempit.
Karena kami masih punya mimpi,
dan mimpi itu tak pernah minta izin untuk tumbuh.
Kami mungkin miskin uang,
tapi kaya harapan.
Cocok banget buat menyentuh sisi harapan yang masih hidup dalam diri setiap buruh.
Baca Juga: 17 Caption Singkat Hari Buruh yang Keren dan Bikin Feed Makin Berarti
Ilustrasi Puisi Singkat Tentang Hari Buruh.
Suara kami kecil,
sering hilang di balik suara bos dan politik.
Tapi kami tetap bicara,
meski cuma lewat peluh dan kerja yang tak kenal lelah.
Kami tidak minta banyak,
cukup dihargai sebagai manusia.
Ini puisi yang cocok buat menggambarkan betapa seringnya buruh nggak didengar, meski mereka jadi tulang punggung ekonomi.
Kami bisa lelah.
Bisa salah.
Bisa marah.
Bisa sedih.
Karena kami manusia,
bukan mesin.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan