Aku belajar bukan hanya di ruang
Kadang di dapur, kadang di jalan
Tapi buku tetap kugenggam
Karena sekolah adalah di mana aku bermimpi
Makna: Nggak semua perempuan punya kesempatan yang sama. Tapi semangat belajar bisa muncul dari mana aja. Puisi ini jadi pengingat bahwa pendidikan bukan cuma soal fasilitas, tapi soal semangat.
Satu halaman kubaca, dunia jadi lebih jelas
Satu buku kuselesaikan, aku tahu aku berharga
Dalam huruf-huruf, aku tak lagi jadi bayang
Aku perempuan, dan aku ada
Makna: Ini puisi penutup yang powerful banget. Tentang bagaimana pendidikan membuat perempuan merasa ‘ada’, merasa penting, dan merasa layak didengar.
Karena puisi bisa menyentuh hati orang tanpa harus ribut. Kadang orang lebih mudah tersentuh dengan bait-bait puitis daripada data atau ceramah panjang.
Nah untuk isu kayak pendidikan perempuan yang kadang dianggap “biasa aja”, puisi bisa bikin orang berhenti sejenak dan mikir ulang.
Puisi juga punya kekuatan untuk menghubungkan orang dari berbagai latar belakang. Entah kamu anak SMA, mahasiswa, ibu rumah tangga, atau guru puisi bisa ‘ngena’ karena bentuknya yang manusiawi, relatable, dan emosional.
Bukan cuma soal kesetaraan, tapi tentang kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Ketika perempuan terdidik, mereka bisa:
Mengambil keputusan lebih baik untuk dirinya dan keluarganya
Mengurangi angka kemiskinan
Meningkatkan kesehatan anak dan keluarga
Menginspirasi generasi selanjutnya untuk lebih cerdas dan berani
Makanya, jangan pernah anggap remeh suara-suara kecil tentang pendidikan perempuan. Termasuk dari puisi-puisi perempuan ini. Bisa jadi, dari kata-kata yang Kamu baca hari ini, lahir sebuah perubahan besar di masa depan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan