Kemudian 87 persen perusahaan lebih pilih kandidat yang punya sertifikasi GenAI, meski belum berpengalaman, ketimbang yang lebih berpengalaman tapi tanpa sertifikasi.
Selain itu, 96 persen perusahaan siap kasih gaji lebih tinggi untuk kandidat yang punya micro-credential.
Hampir semua perusahaan di Indonesia sekarang mengandalkan micro-credentials untuk proses rekrutmen dan pelatihan.
- 97 persen bilang, sertifikat ini bikin lamaran kandidat lebih menarik.
- 94 persen percaya lulusan yang punya micro-credentials lebih siap kerja.
- 96 persen bersedia melatih karyawan dengan program ini.
- 91 persen lebih memilih kandidat yang micro-credential-nya bernilai kredit akademik.
Tren ini ikut memengaruhi cara mahasiswa memilih jalur pendidikan.
Di kawasan Asia Pasifik, 1 dari 3 mahasiswa sudah punya micro-credential.
Minat daftar ke program gelar juga meningkat drastis, dari 38 persen ke 90 persen, jika program itu menawarkan micro-credentials yang diakui sebagai kredit akademik, apalagi yang berfokus pada GenAI.
Sebanyak 87 persen pelajar percaya, punya micro-credential akan bantu mereka lebih sukses masuk dunia kerja.
“Perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan jelas menunjukkan bahwa micro-credentials bukan lagi sekadar tambahan melainkan menjadi sesuatu yang wajib dimiliki oleh para pelajar yang ingin siap terjun ke dunia kerja,” ujar Eklavya Bhave, Head of Asia Pacific Coursera saat wawancara dengan Indozone.
Ia menambahkan, kehadiran GenAI bikin perusahaan makin butuh bukti keterampilan yang bisa diverifikasi, dan sertifikasi ini jadi jawabannya.
Laporan Micro-Credentials Impact Report 2025 ini dibuat berdasarkan dua survei global yang dilakukan Desember 2024 – Januari 2025.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Narasumber, Liputan