Masa kanak-kanak adalah masa untuk bersenang-senang. Jadi, wajar jika anak-anak lebih suka bermain daripada belajar dengan serius.
Untuk itu, para orang tua harus cerdas memberikan mainan anak edukatif agar si kecil bisa bermain sambil belajar. Serta meningkatkan kecerdasan anak.
Menurut dokter spesialis anak, Markus M. Dhanusantoso, mainan edukatif diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak.
Namun, orang tua harus memilih mainan yang tepat sesuai dengan jenis kegiatan, usia, kemampuan anak, dan tahap krusial perkembangan anak.
Bicara soal permainan anak, berikut ini dirangkum Indozone beberapa pilihan mainan edukatif untuk anak:
Flash Card adalah mainan anak edukatif berupa kumpulan kartu dengan beragam warna, gambar, dan konten-konten mendidik.
Kartu edukasi ini banyak digunakan orang tua untuk membantu anak belajar hal-hal baru.
Orang tua bisa memilih flash card sesuai usia anak. Bagi anak di bawah 3 tahun, bisa memberi flash card tentang buah-buahan, binatang, anggota tubuh.
Sedangkan, anak sia 3 tahun ke atas, diberikan flash card seputar angka, kosa kata asing, huruf-huruf, dan lainnya.
Mainan anak edukatif yang bisa dipilih para orang tua yakni Buzz Wire. Bentuknya seperti susunan kawat, berliku dari satu sisi ke sisi lain.
Cara bermain Buzz Wire, si kecil diminta untuk memindahkan partikel tanpa mengenai kawat.
Manfaat mainan edukasi ini adalah untuk melatih kesabaran dan daya konsentrasi tinggi pada anak.
Untuk melatih saraf motorik pada anak, para orang tua boleh berinisiatif memberikan anak mainan balok atau rancang bangun.
Mainan edukasi terbuat dari kayu ini terdiri dari berbagai macam bentuk. Seperti, kubus, persegi panjang, balok, segitiga, lingkaran, dan lainnya.
Toko-toko mainan konvensional maupun online sudah banyak yang menjual permainan semacam ini.
Namun sebenarnya, mainan ini bisa dibuat sendiri kok. Karena bahan utama yang diperlukan hanya berupa kayu.
Lego adalah sejenis alat permainan anak berupa kepingan bentuk yang terpisah-pisah dan bisa disusun menjadi model apa saja.
Dengan bermain lego, anak dapat berimajinasi dengan pikirannya sendiri. Ia akan membentuk model-model unik sesuai apa yang diinginkan.
Jadi, buat para orang tua nih, sebaiknya bebaskan saja anak ketika bermain lego ya.
Permainan edukatif untuk anak berikutnya adalah gears. Dalam bahasa Indonesia, disebut juga 'gigi'.
Gears terdiri dari papan-papan serta beragam jenis dan bentuk gigi yang dapat dibongkar-pasang. Cara mainnya hampir mirip seperti lego.
Manfaat bermain gears untuk melatih kemampuan motorik pada anak, serta mengajari anak merancang dan membangun suatu objek.
Orang tua juga bisa memilih permainan anak yang satu ini. Sesuai namanya, puzzle merupakan permainan menyusun potongan gambar.
Biasanya, puzzle terbuat dari papan kayu atau karton tebal berwujud asimetris untuk memudahkan menyusun gambar menjadi utuh. Terdapat beberapa macam puzzle yang sering dimainkan anak-anak di seluruh dunia.
Mulai dari puzzle batangan, konstruksi, angka, geometri dan logika. Bahkan, kini telah banyak bermunculan ragam puzzle dengan tema menarik.
Selain menyenangkan, bermain puzzle ternyata memiliki banyak manfaat baik untuk pertumbuhan dan stimulasi otak anak.
Sebuah studi dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, tahun 2011, menemukan bahwa anak yang rutin bermain puzzle memiliki keterampilan visuospasial.
Visuospasial adalah keterampilan yang berhubungan dengan persepsi dan hubungan terkait bentuk, ukuran, warna dan ruang.
Puzzle sudah bisa dimainkan oleh anak berusia 10 bulan. Tentunya, dengan puzzle yang sedikit dan lebih mudah.
Buat para orang tua, memilih jenis puzzle sebaiknya tidak berdasarkan umur, melainkan bergantung pada kemampuan si buah hati ya.
Jenga, salah satu mainan anak edukatif berupa blok-blok kayu berbentuk persegi panjang, yang belakangan ini mulai banyak digemari.
Permainan ini menguji mental si pemain supaya berpikir strategis. Karena selama bermain, blok kayu yang sudah disusun seperti menara, tidak boleh jatuh. Harus pandai-pandai mengambil dan memindahkan blok.
Permainan Jenga sebenarnya untuk anak-anak. Tapi, bukan anak balita ya, melainkan anak-anak usia sekolah mulai dari tingkat SD.
Saking serunya, kalangan remaja dan orang dewasa juga banyak yang tertarik memainkan Jenga.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: