Alasan bercanda seringkali jadi jalan pintas para pelaku bullying untuk berdalih. Padahal ada batasan yang jelas antara bullying dan bercanda.
Jika memang bercanda, sudah sepatutnya pihak yang ada di lokasi kejadian merasa senang atau mengakui kalau itu hanya gurauan. Lantas di mana batas sampai alasan bercanda itu bisa disebut bullying?
Adiyat Yori, perwakilan Komunitas Sudah Dong yang bergerak melawan aksi bullying memaparkan sejumlah batasan yang bisa jadi indikator aksi bullying.
“Sudah pasti ada korban dan pelaku. Lalu bullying itu dilakukan secara berulang. Misalnya dilakukan setiap hari,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini.
Lanjutnya, dalam kasus bullying bisa dipastikan ada pihak yang merasa tersakiti akibat perbuatan yang diterima. Lalu ada pula perasaan tidak nyaman akibat perlakuan tersebut.
“Sudah jelas perbedaannya. Jika ada tindakan tidak menyenangkan yang hanya dilakukan satu kali, itu bukan bullying,” tutup dia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: