Ilustrasi pelaku dan korban bully (Freepik/master1305)
Kasus meninggalnya anak SD di Banyuwangi berinisial MR (11), yang nekat gantung diri karena jadi korban bullying temannya karena tidak punya ayah menjadi sorotan publik.
Bullying atau perundungan menjadi permasalahan yang perlu ditanggapi secara serius di lingkungan sekolah. Pasalnya, masalah ini dapat berdampak besar bagi kesehatan mental dan perilaku anak, baik korban atau pelaku.
Sebagai orangtua, penting untuk membentuk karakter anak sejak dini agar tidak menjadi pelaku bullying. Menurut psikolog klinis Annisa Mega Radyani, M.Psi dari Ohana Space, orang tua memegang peranan penting dalam membentuk karakter anak.
"Anak itu masih meniru, masih sangat modelling karena sebagian otaknya penuh emosi sehingga mungkin emosinya bisa sangat meledak-meledak, sebagai orang tua satu penting mengajarkan anak," jelas Annisa kepada Indozone, Jumat (3/3/2023).
Baca juga: Pilu Bocah di Banyuwangi Gantung Diri Diduga karena Dibullly Enggak Punya Ayah
Guna mencegah anak menjadi pelaku bullying, orangtua perlu memberitahu anak dengan serius bahwa bullying tidak boleh dan bisa membawa konsekuensi serius di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Nah, berikut ini beberapa cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying:
Annisa atau yang akrab disapa Ica mengatakan, hal pertama yang dilakukan orangtua dalam mendidik anak ialah mengajarkan anak untuk bisa mengelola emosi yang tidak nyaman.
Sehingga, saat perasaan emosi itu muncul, ana tidak menyalurkannya ke kegiatan negatif.
"Ajarkan anak untuk mengelola emosi ketika merasa marah atau kesal atau sedih atau kecewa dan sebagainya. Jangan sampai ketika itu terjadi, dia malah menindas orang, melukai orang. Ajarkan apa yang bisa dilakukan ketika merasakan emosi tidak nyaman, sehingga tidak disalurkan dengan kekerasan," ujarnya.
Orangtua harus mengajarkan anak untuk berkunjung ke berbagai lingkungan dan berempati dalam menerima perbedaan. Dengan demikian, ketika anak melihat sebuah perbedaan, ia akan merangkul dan membantu, bukan malah menindas.
"Biasanya bullying terjadi ketika seseorang dianggap berbeda, karena berbeda itu dianggap mengancam," kata Ica.
Pastikan anak memahami bahwa perilaku bullying tidak akan ditoleransi baik di sekolah atau dimanapun. Tetapkan konsekuensi jika anak berperilaku seperti itu.
Baca juga: Siswa SD di Banyuwangi Bunuh Diri, Psikolog: Bullying Berdampak pada Kesehatan Mental
Beri pengertian kepada anak bahwa untuk meningkatkan percaya diri, tidak perlu menindas orang lain.
"Anak perlu paham perilaku bullying bisa buruk kepada orang jadi nggak boleh. Perlu mengajari anak bisa pede tanpa harus merendahkan org lain," tambah Ica.
Menurut Ica, orangtua perlu pengawasan ketat terhadap tontonan dan bacaan yang dikonsumsi anak. Apabila ditemukan anak melihat perilaku bullying, orangtua perlu mengingatkan konsekuensinya.
"Hindari anak untuk melihat perilaku pembully. Apabila memang sedang melihat bullying, perlu diajari bahwa dampaknya negatif," pungkasnya.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: